Renungan Triduum Hari Ketiga Menyongsong Pesta Santo Arnoldus Janssen Pendiri 3 Tarekat Misi SVD, SSpS dan SSpSAP: Dibawakan Oleh P. Petrus Salu, SVD
SANTO ARNOLDUS JANSSEN: SANTO YANG SINTING?
Patung Santo Arnoldus Janssen di depan Pelataran depan Kampus FKIP Unwira Penfui/Foto Vinsen Polli |
Tahun 1600-an sampai tahun 1800-an adalah decade orang Eropa dan Amerika melakukan exodus besar-besaran, menjelajah, menemukan dan akhirnya menjajah benua-benua besar: Afrika, Amerika Latin, dan Asia, yang kemudian mereka sebut bangsa-bangsa dunia ketiga: bangsa yang miskin, bodoh dan tidak berbudaya; berbarengan dengan itu agama Kristen dibawa-serta untuk menjajah tradisi dan budaya setempat karena dianggap kafir. Terhadap tindakan membabi-buta itu, novelis dunia, Karl May, dalam buku best sellernya “et in terra pax”, “Dan Damai di Bumi,” dengan tajam mengeritik para penjajah, para misionaris awam dan misionaris religius yang begitu ambisius brutal pergi ke tanah misi hendak mengkristenkan bangsa-bangsa kafir yang bodoh dan membakar rumah-rumah ibadat dan rumah-rumah adat kaum kafir. Kepada para ambisius rohani ini Karl May mengeritik mereka dalam 8 baris puisinya yang indah:
“Bawalah warta gembira
ke seantero dunia
Tetapi tanpa mengangkat
pedang tombak,
Dan jika engkau bertemu
rumah-ibadah,
Jadikanlah ia
perlambang damai antar umat
Berilah yang engkau bawa, tetapi bawalah kasih semata,
Segala hal lainnya
tinggalkan di rumah itu.
Justru karena ia pernah
berkorban nyawa,
Melalui dirimu kini ia
mengasihi selamanya.”
Visioner besar Santo Arnoldus Janssen mengejawantahkan nukilan puisi Karl May. Termasuk juga beberapa santo dan santa, beato dan beata yang telah dia utus, pergi menghantar Injil kepada bangsa-bangsa. Juga beberapa penemu dan ilmuan tersohor. Semua mereka yang berhasil merubah dunia, dan yang juga menggegerkan dunia dengan ide-ide dan karya nyata mereka, ya Yesus Kristus, ya Gallileo Gallilei, ya Christofer Columbus, Ya Fransiskus Xaverius, ya Warren Bufet, ya Karl Marx, ya Arnol Yanssen, ya Napoleon Hill, ya Tan Malaka, ya Dale Carnegie, ya Yosef Freinademetz. Semua mereka itu adalah orang-orang sinting, sinting karena tindakan mereka untuk masa itu dianggap tindakan orang gila. Mereka bertindak out of the box!! Bertindak di luar norma yang sedang lazim. Sementara saat itu institusi dunia dan Gereja masih sangat kaku dan dangkal: Extra Ecclesia nula salus: di luar Gereja tidak ada keselamatan. Ingat Gallileo Gallilei dihukum Gereja Katolik Roma karena dia percaya matahari pusat tatasusya, diinkuisi oleh Gereja tajun 1632-1633. Orang-orang yang punya ambisi kelewat besar. Tetapi justru mereka itulah yang berhasil merobah dunia. Dan dari hasil tindakan sinting itulah lahir SVD. Hadirlah Santo Arnoldus Janssen.
Rupanya diharapkan
sekarang ialah agar para anak buah Arnoldus Janssen sebagai pelanjut karya SVD
dan SSpS pun menjadi orang-orang sinting. Tentu dengan catatan: sinting yang
baik itulah, sinting yang produktip ketimbang abnormal.
Saya pikir, selama satu
abad lebih, sudah 146 tahun, usia SVD hari ini, beribu-ribu orang SVD, SSpS,
Adorasi Abadi dan kaum awam telah berkotbah tentang kesalehan santo Arnoldus
Janssen dalam aneka lini kehidupan. Banyak orang juga yang telah berkotbah
tentang kehebatan misionaris ulung SVD pertama Santo Yosef Freinademetz.
Kali ini saya mau menampilkan sisi kemanusiaan santo Arnoldus Janssen: yakni kebesaran Arnoldus Janssen tidak terletak pada kehebatannya dalam berjuang gigih dan memutuskan untuk buka tiga tarekat religius, kehebatannya juga tidak terletak pada mengirim para misionarisnya ke Lima Benua, dan mereka pergi karena setiap misionaris mesti bersedia diutus. Kehebatannya tidak terletak pada banyak pastor, suster dan bruder taat kepadanya, karena setiap religius dituntut untuk taat. Justru kehebatannya terletak pada kemauan kuat untuk mengolah sisi kemanusiaan dirinya dan kemanusiaan para misionarisnya, dan yang terpenting Arnoldus menemukan kebesaran Allah dalam kebesaran dan keindahan budaya di Lima Benua. Ini barulah Sabda Menjadi Daging, ini barulah inkulturasi dan adaptasi diri utuh, ini barulah Kabar Gembira, ini pulalah yg orang Dawan bilang “meup on Ate, T’bukae on Usif”, juga nafas dasar falsafah Atoin Timol, “Nekaf Mese, Ansaof Mese”. Kehebatan Arnoldus terletak pada keputusan individual untuk “dibaptis” dalam kondisi aktual hidup harian umat manusia di Lima Benua saat itu, Arnoldus “dipermandikan” lagi dengan udara, angin, air dan darah budaya dan tradisi 5 dunia.
Saya boleh melukiskan
KESUNYIAN ARNOLDUS waktu itu sebagai berikut:
Sunyi itu mati,
Sunyi itu lampus,
Sunyi itu hidup,
Sunyi itu kudus,
Sunyi itu hikmah,
Sunyi itu bijaksana,
Sunyi itu ‘dum spiro
spero,
Sunyi itu ‘Ubuntu’: ‘I Am, Because We Are’
kaya hati,
kaya iman,
kaya fisik,
kaya rohani,
kaya uang, dan
kaya relasi.
Pembaptisan kedua
ternyata berakar kokoh di dalam Empat
Pilar Hati Arnoldus:
Pertama,
Arnoldus adalah seorang KING, dia Raja. Di dalam kepala Arnoldus ada VISI….seperti
Musa yang menuntun Israel, dia melihat Promised Land dari jauh, Musa tidak
pernah tiba di Tanah Terjanji tetapi seluruh umat Israel tiba dan bersukaria di
Tanah yang dibilang penuh susu dan madu, sama halnya Arnoldus, dia tidak pernah
tiba di Lima Benua, namun para imam, bruder, suster dan umat Allah sedang
bersukaria di Tanah Terjanji Baru itu, dan pada kakinya ada TO PROVIDE: memelihara, memperlengkapi,
memberi, mengambil tindakan.
Kedua,
Arnoldus adalah seorang WARRIOR, dia seorang pahlawan. Dalam kepalanya sebagai
seorang pahlawan ada STRENGTH, kekuatan, kegigihan. Dan sebagi pahlawan, pada
kakinya ada TO PROTECT, melindungi.
Ketiga,
Arnoldus adalah seorang MENTOR, Penasehat. Sebagai seorang mentor, di dalam
otaknya padat dengan WISDOM, ada
hikhmah dan kebijaksanaan, dan di kakinya ada TO TEACH, ia terus mengajar dan mendidik, terus saja omong seumur
hidupnya betapa dahsyat Firman Yesus, “Pada awal muda ada Sabda….. (Yoh.
1:1-18).
Keempat,
Arnoldus adalah seorang FRIEND, dia sahabat karib umat manusia, karena 100% dia
tinggalkan Steil dan menjadi 1000% umat manusia. Sebagi sahabat, kepalanya
penuh melimpah dengan LOVE, cinta kasih, dan pada kakinya selalu ada TO
CONNECT, berelasi. Dia sudah bangun networking di abad purbakal yang hari ini
kita sedang wujudkan di zaman teknologi komunikasi digital.
Hal yang paling agung
adalah SVD menerima KABAR BAIK yakni INJIL. Pater Noyen dkk adalah misionaris
yang diutus memaklumkan Kabar Baik. Mereka membawa SABDA ALLAH KE TIMOR DI
LAHURUS….”betapa indahnya jejak kaki mereka….Panen memang limpah, tapi pekerja
kurang….”
Mulanya pater Noyen
belum ada visi misi segala seperti sekarang; bersama bruder Kalix, mereka kerja
kebun: tanam tomat, sayur, kacang, jagung, padi, pisang, pelihara babi,
ayam---selain untuk kebutuhan harian, mereka juga jual. Kebanyakan waktu
bepergian menengoki umat yang sangat jauh, berjalan kaki atau berkuda: ke
Atapupu, Halilulik, Mandeu, Leo Hitu (RDTL), Belu Selatan, Mena, Biboki,
Insana, Miomaffo, TTS, Kupang…..berbulan-bulan baru pulang. Sang Sabda ditanam
di lereng gunung Lakaan, ditabur di lereng gunung Mutis, biji itu tumbuh di
tanah berbatu, di semak-semak, di tanah subur, dan Benih Sabda itu sedang
menghidupi, sedang merawat, sedang memelihara dan sedang berkembangkan di 5
Benua.
Berawal dengan
kehidupan yang sangat sulit, serba menantang. Melintasi lorong-lorong Timor
yang masih sangat liar, menemui orang-orang Timor yang kafir di hutan, bersahabat
dengan masyarakat secara luar biasa bagus, dalam waktu singkat mereka berbicara
bahasa Kemak, Bunak, Tetun dan Dawan. Terjadilah kenal mengenal maka lahirlah
sayang menyayangi: SABDA mulai tumbuh di sini, dan SVD dan SSpS lahir di sini.
Mereka berjalan terus ke pulau-pulau Nusa Tenggara dan setahun kemudian baru
tiba di Flores.
Sebuah awal yang sangat
sukar namun ada happy-end: SABDA
ALLAH MENANG!! SABDA ALLAH HIDUP, IMAN, HARAP dan KASIH DITANCAPKAN
SEDALAM-DALAMNYA DI BUMI NUSA TENGGARA….KINI DI 5 BENUA.
Santo Arnoldus Janssen
yang dibilang sinting ternyata menjadi seorang santo luar biasa. Emas adalah
emas, meski tertimbun di dalam lumpur buminya jaga-raya.
Dalam video yang
beredar hari ini berjudul: “CELEBRATING
THE LIVING LEGACY OF ST. ARNOLD JANSSEN,” dimaklumkan di sana siapa Arnold
Janssen:
He
is a Father, a founder, a priest, a leader, a teacher, a missionary, an
administrator, an architector.
The
man of prayer,
The
man of dialogue,
A
man of great devotion,
A
man of Eucharist,
A
man of constant discermen,
A
source of great inspiration,
A
man of Mathematic,
A
man who consecrated himself and his work for the Kingdom of God
Kita memiliki lebih
banyak gelar, tetapi logika yang lebih sedikit; lebih banyak pengetahuan,
tetapi penilaian yang lebih sedikit; lebih banyak ahli, tetapi lebih banyak
masalah; lebih banyak obat-obatan, tetapi kesehatan yang lebih sedikit.
Kita minum dan merokok
terlalu banyak, meluangkan waktu dengan terlalu ceroboh, tertawa terlalu
sedikit, menyetir terlalu cepat, marah terlalu besar, tidur terlalu larut,
bangun terlalu lelah, membaca terlalu sedikit, genggam dan menonton HP terlalu
banyak, dan berdoa terlalu jarang.
Kita telah
melipatgandakan barang milik kita, tetapi mengurangi nilai kita.
Kita terlalu banyak
berbicara, terlalu jarang mencintai, dan terlalu sering membenci. Kita telah
belajar bagaimana mencari uang, tetapi bukan kehidupan.
Kita telah mencapai
bulan, tetapi memiliki masalah dalam menyeberang jalan dan menemui tetangga
baru.
Kita telah mengalahkan luar angkasa, tetapi bukan dalam diri kita.
Kita telah melakukan
hal-hal besar, tetapi bukan hal-hal yang lebih baik. Kita telah membersihkan
udara, tetapi mengotori sang jiwa.
Kita telah mengalahkan
atom, tetapi bukan rasa diskriminasi primordial.
Kita menulis lebih
banyak, tetapi mempelajari lebih sedikit. Kita berencana lebih banyak, tetapi
mencapai lebih sedikit.
Kita telah belajar
untuk terburu-buru, tetapi bukan menunggu. Kita membuat lebih banyak
komputer dan HP untuk menampung lebih
banyak informasi dan foto-foto, menghasilkan fotocopy yang lebih banyak, tetapi
kita berkomunikasi semakin lebih sedikit.
Zaman ini adalah zaman
instan di mana makanan siap saji dan pencernaan yang lambat, orang besar dengan
karakter yang kecil, keuntungan yang lebih tinggi dan hubungan yang renggang.
Zaman ini adalah zaman
di mana ada dua penghasilan tetapi lebih banyak selingkuh dan perceraian, rumah
yang lebih mewah tetapi keluarga yang berantakan.
Zaman ini adalah zaman
di mana perjalanan dibuat singkat, popok sekali pakai uang, moralitas yang
mudah dibuang, hubungan satu malam, berat badan berlebihan, dan pil-pil yang
melakukan segalanya dari menceriakan, menenangkan, sampai membunuh.
Zaman ini adalah zaman di mana banyak barang di etalase showroom dan tak ada stock dalam ruang persediaan.
Kita butuh baptisan kedua lagi!!! Mungkin pula baptisan ketiga!!! Santo Arnoldus Janssen doakanlah kami agar kami mampu mewartakan Kabar Gembira Yesus di zaman paradoksal ini.***(P. Petrus Salu, SVD: Anggota Serikat Sabda Allah. Saat ini Kepala Sekolah SMA Santo Arnoldus Kupang).
Post a Comment