Niat Harus Baik: Renungan Harian, Edisi Senin, 07 September 2020

*P. Steph Tupeng Witin, SVD 

Bacaan I: 1Korintus 5:1-8

Bacaan Injil: Lukas 6:6-11

 

Foto Ilustrasi Vinsen Polli

De facto tidak gampang membaca pikiran dan hati orang. Dua orang yang lama bersahabat, bahkan suami istri yang bertahun-tahun hidup bersama pun kadang mengakui bahwa sering salah mengerti pikiran satu sama lain; belum bisa mengenal perasaan pasangannya. Pepatah lama, "Dalamnya laut dapat diduga, dalamnya hati siapa tahu", setidaknya bisa mengungkapkan kebenaran kenyataan ini.

Walaupun ada yang mendalami psikologi dan memiliki kemampuan membaca pikiran (emphatic accuracy), toh tetap saja tidak seluruh pikiran orang dapat dibaca. Yang dibaca pun belum tentu seluruhnya tepat.

Demikian pun dengan magician, metalis, pesulap. Meski bisa menebak dengan tepat apa yang ada di dalam pikiran orang, tapi bukanlah seorang pembaca pikiran orang dalam arti yang sebenarnya dan seutuhnya.

Lain manusia lain Tuhan. Mazmur 139 mengungkapkan sesuatu yang lain, yang luar biasa. “Tuhan Engkau menyelidiki dan mengenal aku; engkau mengerti pikiranku dari jauh … selidikilah aku, ya Allah, dan kenallah hatiku, ujilah aku dan kenallah pikiran-pikiranku“ (Mzm 139:1-2.23). Ini pengakuan terbuka dengan penuh keyakinan dari pemazmur bahwa Tuhan justru bisa membaca dan mengetahui pikiran dan hati kita manusia. IA tahu isi hati kita. IA pahami niat dan intensi kita. Bukan hanya baik dan luhur. Tapi juga yang jelek, tidak baik, tidak jujur dan jahat.

Penginjil Lukas berkisah bahwa ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi sedang mengamat-amati Yesus yang masuk ke rumah ibadat pada hari Sabat. Mereka mengawasi, kalau-kalau Yesus menyembuhkan orang. Dengan itu mereka bisa punya alasan dan bukti untuk mendakwa dan menjatuhkan-Nya.

Tetapi Lukas mengatakan bahwa Yesus membaca pikiran mereka yang kotor. Yesus mengetahui niat mereka yang jahat. Menariknya, Yesus ternyata tak ingin menghancurkan mereka setelah Ia tahu niat mereka yang jahat. Yesus justru ingin meluruskan pikiran dan hati para gembala umat Yahudi itu. IA ingin supaya mereka memikirkan perbuatan baik. “Aku bertanya kepada kamu: manakah yang diperbolehkan pada hari sabat, berbuat baik atau berbuat jahat, menyelamatkan nyawa orang atau membinasakannya?“ (Luk 6:9).

Memang memperbaiki orang jauh lebih bermartabat dan manusiawi dari pada membinasakan orang. Setelah mengetahui pikiran orang yang bengkok dan niat jahat, adalah lebih bijaksana meluruskan pikiran dan hati orang, dari pada menghancurkannya. Inilah yang ditunjukkan oleh Yesus. Kita belajar dari Yesus ini.

Selain itu, seperti pemazmur, kita pun harus menyadari bahwa Tuhan pasti mengetahui pikiran dan hati kita juga. Dia tahu kalau kita punya pikiran tak lurus saat berada di gereja. Dia bisa mengamati niat kita yang tak tulus dalam melayani dan berbagi. Dia tahu apakah kita ini sungguh mau bersahabat dengan orang atau sekedar ingin nebeng dan mendapatkan keuntungan. Dia tahu niat kita, apakah mau menolong atau menjerumuskan orang lain.

Maka kita perlu meluruskan pikiran dan niat hati kita. Terlebih pikiran kita yang suka sekali mencari-cari kesalahan orang lain untuk menjatuhkannya. Kita bertanya pada diri kita sendiri, pikiran dan niat macam apakah yang selalu ada dalam diri kita? Pikiran dan niat macam apakah yang menjadi prinsip hidup kita : berbuat baik atau berbuat jahat, menyelamatkan atau membinasakan?. ***(Penulis Imam Serikat Sabda Allah, Tinggal di Biara Soverdi, Bukit Waikomo, Lembata)

1 comment: