TIDAK BOLEH TAKUT (Renungan Harian, Edisi Sabtu, 11 Juli 2020)
*Oleh Pater Steph Tupeng Witin, SVD
PW Santu Benediktus Abas
Bacaan Injil:Matius 10:26-33
Ketakutan selalu menjadi bagian dari hidup. Engkau dan aku tak pernah bisa lari darinya. Dalam setiap diri selalu ada suatu bentuk ketakutan untuk tidak dicintai, terbuang, terlupakan, dan lain sebagainya. Ada yang bilang, munafik kalau rasa takut tidak terselip dalam hati.
Kemarin Yesus berkata kepada para murid-Nya, "Lihat, Aku mengutus kamu seperti domba ke tengah-tengah serigala". Kata-kata perutusan-Nya ini tentu membuat mereka gugup, terganggu rasa dan pikiran. Boleh jadi nyali mereka menjadi ciut. Diri mereka dihantui rasa takut. Yesus pasti tahu itu.
Hari ini Dia menenangkan dan menguatkan mereka, "Janganlah kamu takut kepada mereka yang dapat membunuh tubuh, tetapi tidak dapat berkuasa membunuh jiwa; takutlah terutama kepada Dia yang berkuasa membinasakan baik jiwa maupun tubuh di dalam neraka" (Mat 10:28).
Yesus bilang, "Janganlah kamu takut " atau "ne ergo timueritis". Ungkapan ini dipakai untuk menguatkan hati para murid dalam menghadapi persekusi, pengejaran, penderitaan, bahkan pembunuhan.
Berbarengan dengan itu, Yesus beri pesan bahwa para murid justru harus percaya pada Tuhan. Bahwa Tuhan pasti sangat memperhatikan orang yang percaya kepada-Nya. Burung pipit yang begitu murah saja begitu berharga di mata Tuhan, apalagi mereka yang mengandalkan-Nya. Sehelai rambut di kepala, tak akan jatuh kalau Ia tak menghendakinya. Tiap murid selalu lebih bernilai di hadapan Tuhan.
Maka, walau menghadapi musuh mana pun, murid Tuhan tak usah gentar. Meski dilecehkan, dibully; walau dipersulit untuk melaksanakan ibadat; tidak dianggap dalam kehidupan bernegara, dilecehkan dan dinilai "kafir", dianggap menyembah patung; murid Tuhan tak boleh kendor iman.
“Di atas langit masih ada langit”. There still another sky above the sky. Ini ungkapan yang terdengar atau terucap. Artinya, ketika kita merasa hebat atau pandai, jangan sombong. Barangkalimasih ada orang lain yang lebih hebat atau lebih pandai dari kita.
Mutatis mutandis, ungkapan ini bisa mengajarkan bahwa sehebat apapun musuh, masih ada Tuhan yang lebih hebat. Maka, kita hanya takut pada Dia yang berkuasa atas badan dan jiwa.
"Jika dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut berbuat kebaikan, maka jaminan bagi orang tersebut adalah tidak akan bertemunya ia dengan kemajuan selangkahpun" (Soekarno). (Penulis Imam Serikat Sabda Allah, Tinggal di Biara Soverdi Bukit Waikomo-Lembata).
Post a Comment