Renungan Pesta Santo Josef Freinademetz: Misionaris Sulung Serikat Sabda Allah (SVD)
*Renungan ini dibawakan oleh Pater Petrus Salu, SVD dalam Ekaristi Pesta Santo Josef Freinademetz Misionaris Sulung SVD bertempat di Kapela BBG Kupang, Jumat 29 Januari 2021.
Gambar Santo Josef Freinademetz ditahtakan di depan Altar Kapela Biara BBG Kupang selama Tri duum dan perayaan Puncak Pesta Santo Josef Freinademetz, Jumat 29 Januari 2021/ Foto Vinsen Polli |
Berproses di Oies,
Tirol Selatan
Berakhir di Taikia,
Shantung Selatan
Ada apa dengan 3 Selatan ini?
Waktu itu matahari sangat terik, Saulus dan para pengikutnya dengan hati yang berkobar bergegas menuju kota Damsyk untuk membunuh dan membantai semua orang yang mengaku pengikut Kristus atau Tuhan. Kuda tunggangan dipacu cepat-cepat, pedang panjang tergantung dipinggang. Tiba di gerbang Damsyk. Sebelum masuk kota, sebelum pedang-pedang terhunus, sebelum darah tertumpah, sebelum tulang-tulang remuk dan patah, sebelum tubuh manusia bergelimpangan, sebelum jeritan tangis wanita dan anak-anak mengemparkan, Tuhan datang menyongsong Saulus dan para pengikutnya. Cahaya Tuhan memancar dari langit Kota Damsyk menyelimuti tubuh Saulus, cahaya itu lebih terang dari matahari, lebih hangat dari api, menghanguskan hasrat bengis dan kejam dalam diri Saulus.
Digerbang itu, tubuh
Saulus yang sebelumnya kekar perkasa, diempas Tuhan sampai ke debu (tanah). Di
gerbang itu, kepala berkalung Sorban yang sebelumnya tegak mengusung hukum-hukum
Taurat, diempas sampai ke debu. Di gerbang itu, hati yang sebelumnya keras
bagai batu karang Kota Kupang, diempas Tuhan hingga berkeping retak.
Gerbang Kota Damsyk
menjelma menjadi ujung jalan tempat segala sikap dan komitmen masa silam
Saulus harus ditinggalkan. Kasih Tuhan terlebih dahulu menyambut dan merangkul
Saulus untuk memulai sebuah misi baru yaitu mewartakan kasih dan kebenaran
injil bersama Tuhan.
Gerbang Kota Damsyk
laksana gerbang api tempat segala dosa dipulihkan, tempat segala salah
disucikan, tempat jiwa dan raga diubah menjadi kasih Tuhan. Saulus
dipermandikan ulang dan Saulus lahir kembali.
Selamat tinggal Saulus:
Bos munafik dan Kepala batu
Selamat datang Paulus:
Bos Cinta Sejati
Kesabaran akan kasih
Allah telah sungguh-sungguh menginspirasi keseluruhan pewartaan Paulus. Paulus
sadar bahwa hanya belaskasihan Allah-lah dirinya memperoleh karunia agung untuk
mewartakan injil Tuhan.
Oleh karena itu, Paulus secara
tegas menyataka “hanya karunia belaskasihan Allah-lah, ia menerima tugas
pelayanan sebagai rasul”. Paulus seperti yang kita baca dalam surat-suratnya
berulang kali menegaskan bahwa panggilan hidupnya untuk mewartakan injil
merupakan rahmat istimewa dari Tuhan.
Dan kita tahu bahwa keyakinan Paulus akan besarnya
rahmat Allah ini telah memampukan dia untuk selalu mengandalkan Tuhan dan teguh
bertahan ketika menghadapi aneka macam penganiyaan, penghinaan, penolakan dan
penderitaan. Paulus senantiasa yakin bahwa semakin dirinya teraniaya, semakin
besar pula campur tangan Tuhan: semakin besar salib yang dipikulnya, semakin
besar pula hikmat yang diberikan Tuhan atas jiwa dan raganya.
Sebelum kisah Paulus
menginpirasi kita, kisah yang sama juga telah terlebih dahulu menyapa saudara sulung
kita (tarekat SVD) Santo Josef Freinademetz. Permulaan hidupnya di Oeis, Tirol
Selatan hingga meninggal akibat penyakit tifus di Taikia, Shantung Selatan
adalah narasi indah tentang panggilan Tuhan dan salib derita yang mesti
ditanggungnya sebagai seorang imam misionaris SVD.
Seperti Paulus, Santo
Josef Freinademetz diubah dari seorang pribadi yang terlampau kaku dengan
superioritas bangsa eropa menjadi seorang yang yakin akan kebenaran dan wahyu
Tuhan juga diturunkan atas tugas-tugas di Asia. Santo Josef Freinademetz
dianugerahi rahmat kesadaran bahwa pengalaman akan Tuhan tidak saja diterima
orang-orang berkulit putih di Eropa, tetapi juga sesama saudara yang
sangat dicintainya nun jauh di tanah Cina-gerbang Shantung Selatan. Bersemi di
titik itu merasuki seluruh benua asia kini Sabda Allah tersiar ke 5 benua.
Seperti Paulus rasa
syukur atas rahmat Allah telah ditunjukkan Santo Josef Freinademetz lewat
kesediaannya untuk menanggung penderitaan, memikul salib sejak menapakkan kaki
pertama kali di daratan Cina sampai akhir misinya di sana.
Bagi Santo Josef
Freinademetz unsur penting dari iman orang yang menyatakan diri seutuhnya sebagai pengikut Kristus atas
kesediaannya untuk memikul salib dan menanggung penderitaan. Sebab hanya melalui
salib itulah, kuasa Tuhan sungguh-sungguh dialirkan ke atas mereka yang
menerimanya.
Seperti Rasul Paulus
dan Santo Josef Freinademetz kita yang pagi ini hadir disini juga punya kisah
masing-masing tentang panggilan kita. Kita semua tentu punya kenangan akan hari
di mana Tuhan mempertemukan kita dalam diri Yesus, entah di gerbang kampung
mana. Baiklah saat ini kita kenangkan lagi kisah panggilan itu agar kita tidak terlanjur lupa
pada rasa bahagia yang pernah kita alami saat pertama kali menapaki panggilan
ini.
Kita kenangkan lagi
motivasi awal kita tentang rasa rindu kita untuk menjadi calon imam Tuhan dan
calon bruder dalam serikat Sabda Allah.
Dengan menghidupi
kembali kenangan-kenangan itu, hemat saya kita akan dibantu untuk menyalakan
kembali gairah cinta kita terhadap panggilan hidup kita. Lantas, kita akan dibantu untuk
membenahi diri menjalankan aturan-aturan bersama lebih sungguh-sungguh lagi.
Pagi ini kita
diingatkan kembali untuk lebih setia memikul salib kecil kita, sambil terus
mengantisipasi diri dimana kita akan ditanggungkan salib yang jauh lebih besar
dan berat.
Salib-salib kecil yang
mesti kita pikul itu bermula dari hal-hal sederhana antara lain komitmen
sebagai religius di zaman serba bebas, kesadaran untuk membina sense of belonging dalam keanekaan. Kita
muga perlu bertanggungjawab untuk memimpin diri sendiri dalam mengatur diri. Kesadaran untuk memahami diri sendiri dan melihat hal-hal sederhana dalam
komunitas menjadi model latihan bagi kita untuk menghadapu salib-salib yang
lebih besar yang kelak akan diberikan kepada kita.
Ada 2 salib besar yang
perlu kita siap hadapi saat ini:
Pertama,
tantangan kemajuan zaman dimana masyarakat dunia saat ini semakin sekular
dimana masyarakat tidak memiliki cukup alasan untuk mengimani Allah. Kehadiran kita
sebagai pelayan Tuhan di tengah konteksi umat seperti ini mungkin tidak
diterima apalagi dirindukan.
Kedua,
semakin ruwetnya persoalan masyarakat yaitu tumbuh kembangnya semangat individualisme
(setiap orang hanya mau hidup untuk dirinya sendiri), radikalisme agama (ajaran
agamanya yang paling benar dan mulai bantai penganut agama lain), narkoba yang
semakin merajalela, HIV-AIDS, dan Covid-19 yang memporak-porandakan umat
manusia dan sedang meruntuhkan ekonomi dunia sampai titik nol, perdagangan
manusia, dan ketidakadilan hukum.
Dengan menyatakan kesediaan
dan komitmen menjadi pengikut Kristus berarti kita menyerahkan pundak kita
untuk memikul salib menghadapi persoalan-persoalan ini.
Saya mengajak sama saudara sekalian untuk mensyukuri rahmat
panggilan yang kita terima dari Allah. Rasa syukur ini akan membanu kita
meneguhkan komitmen panggilan kita apapun tantangannya. Mari Kita sekalian
tetap setia memikul salib hidup kita masing-masing tidak peduli apapun godaan
dan rintangannya meski seisi dunia menganiaya dan menertawakan kita. Kenangkanlah
bahwa jauh sebelum kita, Tuhan Yesus, Rasul Paulus dan Santo Josef Freinademetz
sudah terlebih dahulu memikul salib, persis di gerbang pintu gerbang Damsyk
yang sedang kita tapaki saat ini.***(P.
Petrus Salu, SVD: Anggota Serikat Sabda Allah. Saat ini Kepala Sekolah SMA
Santo Arnoldus Kupang)
Slamt Berpesta St. Yosef Frainademetz.... Slamt berbahagia...
ReplyDeleteTerima kasih ya. Salam sehat untuk kita semua.
Delete