Berilah Kalau Punya: Renungan Harian, Edisi Jumat, 11 September 2020

*Oleh P. Steph Tupeng Witin, SVD

Bacaan I: 1Korintus 9:16-19.22b-27
Bacaan Injil: Lukas 6:39-42

Foto inspiratif Kris Meliala
Awal tahun ajaran baru hampir selalu terjadi perebutan untuk memasuki sekolah unggulan. Orang tua bisa rela membayar berapa pun asalkan anaknya bisa terdaftar di sekolah favorit. Sistem zonasi yang diterapkan Pemerintah agar terjadi pemerataan kadang dilanggar dengan berbagai dalih. Padahal benarkah prestasi belajar melulu ditentukan oleh favoritisme sekolah? Laskar Pelangi memberikan bukti bahwa sekolah sederhana ternyata bisa menghasilkan peserta didik yang berkualitas. Ini bisa terjadi kalau di sekolah ada guru yang hebat, guru yang pengajar dan pendidik. Guru yang terbaik mengajarkan kita paling baik.

Pandemi covid-19 memaksa sekolah tak bisa berlangsung secara normal. Ruang kelas, laboratorium tak bisa digunakan untuk mengajar dan belajar. Proses pembelajaran harus dilakukan secara daring. Guru di sekolah dan peserta didik di rumah. Pelajaran disampaikan lewat media zoom.

Alhasil, orang tua mau tak mau mesti terlibat. Kalau dulu orang tua hanya sekedar mengantar anaknya ke sekolah dan mungkin membantu ala kadarnya pekerjaan rumah sang buah hati. Tapi kini orang tua harus juga menjadi guru. Anak belajar dari rumah mengikuti arahan guru dari sekolah. Membaca, menulis, menggambar, mewarnai, menghitung menjadi aktivitas harian anak di rumah. Orang tua harus mendampingi anaknya seperti yang biasa dilakukan guru di sekolah saat normal.

Peran baru sebagai guru di rumah bagi anaknya setidaknya memaksa orang tua untuk belajar agar bisa memiliki pengetahuan saat mendampingi anaknya. Bahkan orang tua harus bisa menguasai bahan ajaran sehingga anak sungguh terbantu dan tidak keteteran.
Kita mungkin masih ingat pepatah Latin, "Nemo dat quod non habet". Tak seorang pun memberi apa yang ia sendiri tak punya. Ibarat, kita tak mungkin memberi makan kepada yang lapar, kalau kita sendiri tak mempunya makanan. Atau, memberi pinjaman uang, kalau kita sendiri memang tak punya uang.

Yesus pun beri ajaran-Nya, "Seorang murid tidak lebih dari pada gurunya, tetapi barang siapa yang telah tamat pelajarannya akan sama dengan gurunya" (Luk 6:40). Dia mengingatkan bahwa kita tidak dapat mengajarkan apa yang tidak kita ketahui. 
Searah dengan ini, Yesus bilang, kita tak bisa menuntun orang yang buta, jika kita sendiri buta. Kita tak mungkin bisa mengeluarkan selumbar di dalam mata sesama, jika ada balok di dalam mata kita (Luk 6:39.41).

Ajaran Yesus ini rupanya bisa diaplikasikan dalam banyak hal. Kita tak mungkin bisa menyelamatkan kapal negara ini yang katanya hampir karam, jika kita sendiri sedang tenggelam. Kita tak bisa menyuruh orang aktif di lingkungan, bila kita sendiri tak pernah giat ambil bagian dalam kegiatan apa pun.

Jadilah "guru" terbaik dengan berusaha memiliki apa yang terbaik, sehingga bisa memberikan apa yang terbaik.***(Penulis Imam Serikat Sabda Allah, Tinggal di Biara Soverdi Bukit Waikomo, Lembata)

No comments