Kantong dan Anggur Baru: Renungan Harian, Edisi Jumat, 04 September 2020

 *P. Steph Tupeng Witin, SVD

Bacaan : 1Korintus 4:1-5

Bacaan Injil: Lukas 5:33-39

Ilustrasi Fiat Voluntas Tua
Di dunia ini tak ada yang abadi, kecuali perubahan itu sendiri. Siapa yang menolak perubahan, maka ia akan tergilas oleh zaman. Bayangkan dulu kita hanya mengenal mesin tik untuk mengerjakan banyak hal yang tanpa kita sadari tugasnya kemudian tergantikan oleh komputer. Seorang rekan pastor tahun-tahun kemarin bersikukuh tak mau menggunakan HP (handphone). Tapi kini ia terpaksa sudah memiliki HP Android agar tak ketinggalan informasi pastoral yang lebih banyak kami lakukan lewat WA (whatsapp) grup.

Perubahan itu mungkin terjadi dengan hal kecil, sedemikian kecil sehingga tidak terlihat, tanpa tanda-tanda yang bisa dibaca, terabaikan oleh kita. Sementara kita barangkali justru terbelenggu oleh pola pikir lama sehingga sulit menerima fakta-fakta dan cara-cara baru.

Rhenald Kasali, dalam bukunya "Disruption" menulis, "Dunia tengah menyaksikan runtuhnya perusahaan-perusahaan besar, para pemilik brand yang sepuluh hingga tiga puluh tahun lalu begitu memesona dan berkibar. Tumbang di sana sini, seperti yang dialami Kodak dan Nokia. Keadaan yang lebih parah terjadi pada perusahaan atau institusi yang tak pernah menjembatani lintas generasi. Bridging generations seharusnya menjadi salah satu program penting perubahan pada abad ini yang harus dilakukan berkali-kali".

Hari ini kepada kaum Farisi yang mempertanyakan kenapa murid-murid-Nya tidak berpuasa, Yesus berkata: "Tidak seorang pun mengisikan anggur yang baru ke dalam kantong kulit yang tua, karena jika demikian, anggur yang baru itu akan mengoyakkan kantong itu dan anggur itu akan terbuang dan kantong itu pun hancur. Anggur yang baru harus disimpan dalam kantong yang baru pula" (Luk 5:37-38).

Apa sesungguhnya mau dikatakan Yesus? Yesus tahu bahwa kaum Farisi adalah golongan orang yang konservatif dengan tradisi dan aturan. Mereka sulit untuk menerima hal dan gagasan baru yang dibawa oleh-Nya. Mereka bersikap begitu karena mereka ingin mempertahankan status quonya.

Anggur baru melambangkan apa yang dibawa oleh Yesus. Itulah "perjanjian baru yang tidak terdiri dari hukum yang tertulis, tetapi dari Roh, sebab hukum yang tertulis mematikan, tetapi Roh menghidupkan" (2 Kor 3:6).

Sedangkan kantong tua melambangkan suasana lama yang selama ini mencekik manusia. Yaitu suasana kepatuhan pada formalisme dan legalisme; bukan pada sikap hati yang terbuka atas dasar kesadaran dan kasih.

Dengan berkata begitu, Yesus ingin agar mereka berubah diri; merubah kantong cara berpikir dan kantong hati yang usang, yang hanya menekankan pada peraturan. Hanya dengan berubah, mereka bisa menerima anggur baru yang dibawa-Nya, yakni hidup dengan kesadaran hati karena dibimbing oleh Roh.

Sesuai tuntutan zaman, kita memang harus berubah agar tak ketinggalan bahkan tergilas oleh perubahan. Sejalan dengan itu, sebagai murid Yesus, kita pun diingatkan untuk tak henti merubah pola pikir, merubah sikap agar bisa sejalan dengan ajaran kasih Yesus. Kita harus punya kantong hati yang baru untuk anggur Tuhan yang baru.*** (Penulis Imam Serikat Allah, Tinggal di Biara Soverdi Bukit Waikomo, Lembata)

2 comments:

  1. Renungan yang sangat reflektif dan fenomenal Pater. Terima kasih untuk buah-buah renung yang sangat kontekstual. Salam

    ReplyDelete
  2. Terima kasih... Renungan kaya makna

    ReplyDelete