Renungan Pesta St. Theresia dari Kanak-Kanak Yesus, Edisi Kamis 1 Oktober 2020
*Oleh P. Steph Tupeng Witin, SVD
Bacaan I: Yesaya 66:1-14b
Bacaan Injil: Matius 18:1-4
Santa Theresia dari Kanak-Kanak Yesus |
Siapa pun ingin meraih kesuksesan besar dalam hidupnya. Banyak orang bisa menggapai kesuksesan besar dengan membuat impian besar sebagai tekad, awal langkah dan usahanya.
Barangkali kita tahu dengan Disneyland. Dunia mainan terbesar dan terkenal ini tercipta karena mimpi besar dari Walt Disney. Gagasan untuk menciptakan Disneyland muncul, ketika ia berjalan-jalan di taman bersama dengan kedua putrinya, Sharon dan Diana. Saat itu, Walt membayangkan sebuah taman wisata yang sangat luas sebagai tempat anak-anak bertemu dengan tokoh kartun yang mereka sukai.
Pada tahun 1950-an, impian besar Walt yaitu Disneyland mulai diwujudkan, tumbuh dan berkembang. Waktu itu, semua temannya, terutama para bankir, menyatakan bahwa proyek ini gila-gilaan. Tapi Walt menunjukkan bahwa impian manusia itu dapat menjadi kenyataan. Disneyland pun akhirnya terwujud di Anaheim, California, pada tahun 1955. Hari itu merupakan hari bersejarah bagi Walt. Impian besarnya terwujud dan ia menjadi orang besar, termasyur.
Sangatlah baik mempunyai impian besar, menjadi orang besar. Tak salah mempunyai impian besar. Tak jahat berimpian, berkeinginan, bercita-cita untuk menjadi orang besar.
Yang menjadi masalah ialah sering orang enggan dan tak berusaha untuk merealisasikan impiannya. Terkadang orang tak berusaha mengerahkan seluruh potensi dan tak mampu mewujudkan impiannya. Tak cukup kuat untuk mendaki hingga ke puncak. Atau, orang justru menempuh cara yang tak benar untuk meraih apa yang diimpikannya.
Tapi ada masalah yang jauh lebih mendasar, yakni kalau orang punya impian untuk menjadi terbesar dalam Kerajaan Sorga dan ingin menggapai impiannya itu. Ini ditunjukkan penginjil Matius lewat kisahnya hari ini.
Murid-murid datang kepada Yesus dan bertanya: "Siapakah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga?" (Mat 18:1). Dikiranya dalam Kerajaan Sorga ada yang posisi terbesar, tertinggi. Dalam pikirannya, ada jabatan puncak, kursi VVIP, kedudukan tertinggi. Posisi inilah lantas menjadi impian dan diincar untuk diraih. Padahal dalam Kerajaan Sorga, semua punya posisi sama, dapat memandang Allah dan hidup sebagai saudara dalam cinta. Justru sikap itulah yang memunculkan persaingan, perebutan, pertengkaran, tak ada lagi persaudaraan yang penuh cinta.
Yesus memberi jawaban dengan tindakan simbolis. Murid-murid berpikir tentang siapa yang terbesar. Yesus justru membalikkannya sama sekali. Ganti terbesar, Yesus memanggil seorang anak kecil. Ganti berpikir tentang posisi tertinggi, Yesus mengajak bertobat dan menjadi seperti anak kecil. Yesus juga mengajak agar menyambut seorang anak. Ajakan Yesus ini menunjukkan betapa pentingnya sikap ini untuk membangun hidup bersama yang serasi. Relasi antar anggota hanya dapat dibangun atas dasar sikap tobat, menjadi kecil, merendahkan diri.
Bertobat berarti membalikkan langkah, mengubah arah. Dari kecenderungan kepada kemuliaan, kuasa, kepada suasana baru persaudaraan. Merendahkan diri seperti anak kecil adalah sikap mengosongkan diri, sikap rela, penuh cinta. Persis seperti anak kecil. Ia sebenarnya bukan merendahkan diri, tetapi kehadirannya saja sudah secara spontan membawa suasana bebas, percaya, cinta, tak repot dengan soal posisi. Soalnya Kerajaan Sorga adalah kerajaan bagi orang kecil, sehingga hanya yang kecil dapat hidup bersama dengan yang kecil lain.
Kita boleh dan memang harus punya impian besar dan menjadi orang besar, sukses. Tapi orientasi, sikap dan cara bertindak kita untuk meraihnya harus benar. Tak boleh sampai memunculkan pertengkaran, perselisihan; dengan menghabisi orang lain. Apalagi menghancurkan persaudaraan dalam hidup bersama.
Tak perlu punya impian untuk menjadi terbesar dalam Kerajaan Sorga. Bukankah dalam Kerajaan Allah itu, kita justru hidup bersaudara, sebagai saudara atas dasar cinta? Tak ada yang terbesar, selain Yesus sendiri? Dus, lebih penting punya impian besar untuk bisa hidup bersama sebagai saudara.***(Penulis Imam Serikat Sabda Allah, Tinggal di Biara Soverdi Bukit Waikomo, Lembata)
Post a Comment