Renungan Pesta Malaikat Agung: Mikael, Gabriel, Rafael, Edisi Selasa, 29 September 2020
*Oleh P. Steph Tupeng Witin, SVD
Bacaan I: Daniel 7:9-10, 13-14.
Yohanes 1:47-51
Ilutrasi/Foto Vinssen Polli |
Saat diajak oleh Filipus untuk bertemu Yesus, Natanael enggan untuk pergi. Dia malah pertanyakan, "Mungkinkah sesuatu yang baik datang dari Nazaret?" (Yoh 1:46). Tapi oleh kata-kata tanggapan Filipus, "Mari dan lihatlah!" (Yoh 1:47), Natanael pun pergi menemui Yesus. Dan, ketika Yesus melihat kedatangannya, meluncurlah kata-kata Yesus ini kepadanya: "Lihat, inilah seorang Israel sejati, tidak ada kepalsuan di dalamnya!" (Yoh 1:47).
Natanael pasti terkejut, sangat keheranan bahwa Yesus bisa mengetahui pikiran dan isi hatinya dalam perjumpaan pertama dan sekejap itu. Ia pasti terpukau oleh pribadi Yesus. Tentu Yesus bukanlah sekadar seorang psikiater atau psikolog atau orang yang bisa membaca pikiran dan isi hati dengan metode ilmu dan teori apa pun. Di matanya, Yesus pasti seorang yang luar biasa sebagaimana yang dinubuatkan para nabi. Tak heran ia langsung berkata: "Rabi, Engkau Anak Allah, Engkau Raja orang Israel" (Yoh 1:49).
Namun patutlah diperhatikan, ada catatan penting dari penginjil Yohanes menyangkut Natanael. Yohanes menulis, ketika Natanael bertanya kepada Yesus, "Bagaimana Engkau mengenal aku?" Jawab Yesus: "Sebelum Filipus memanggil engkau, Aku telah melihat engkau di bawah pohon ara" (Yoh 1:48). Catatan punya makna penting.
Bagi orang Yahudi, pohon ara merupakan simbol perdamaian. Pikiran mereka tentang damai ialah kalau seseorang bisa berada di bawah pohon anggur atau pohon aranya sendiri tanpa mendapat gangguan. "Ia dikaruniai damai di seluruh negerinya, sehingga orang Yehuda dan orang Israel diam dengan tenteram, masing-masing di bawah pohon anggur dan pohon aranya" (1 Raj 4:24-25).
Pohon ara adalah pohon yang rindang, berdaun banyak. Orang Yahudi terbiasa duduk dan bersamadi di bawah naungan kerindangannya. Dalam kondisi itu, mereka bermenung dan berdoa akan datangnya orang pilihan Allah. Mereka merenungkan janji-janji Allah dan mengharapkan bisa bertemu dengan orang pilihan Allah itu.
Maka, saat bertemu dengan Yesus dan mengalami bahwa Yesus mengenal isi hatinya, Natanael mampu meyakini dirinya bahwa Yesus memang orang pilihan Allah yang dijanjikan dan dinantikan. Dia seakan merasa bahwa Allah memenuhi kerinduan hatinya. Allah menjawabi doa-doanya. Allah mempertemukan dia dengan orang pilihan-Nya. Karena itulah ia lalu spontan memperlihatkan n mengungkapkan pengakuan imannya kepada Yesus.
Seperti kata pemazmur, kita pun boleh bahkan harus berkata: "Tuhan, Engkau menyelidiki dan mengenal aku; Engkau mengetahui, kalau aku duduk atau berdiri, Engkau mengerti pikiranku dari jauh. Engkau memeriksa aku, kalau aku berjalan dan berbaring, segala jalanku Kaumaklumi" (Mz 139:1-3).
Ya ... kita mesti sadar bahwa apa pun yang kita pikirkan, apa pun yang kita lakukan, Tuhan pasti tahu. Yang tersembunyi dan disembunyikan, tak ada yang luput dari penglihatan tajam Tuhan.
Meski tak gunakan CCTV, alat penyadap atau pemantau jarak jauh, Tuhan lihat dengan mata tajamnya saat kita berangkat ke kantor atau ke ladang. Ia perhatikan apa saja yang kita kerjakan. Ia baca pikiran dan pertimbangan apa pun yang muncul dalam benak kita. Ia awasi setiap keputusan yang kita buat menyangkut nasib orang lain. Ia menyelami niat apa pun yang ada di kedalaman hati kita.
Maka, tidak bisa tidak, pikiran dan hati kita harus bersih, bebas dari akal bulus dan niat jahat. Tak boleh ada kepalsuan pada diri kita.
Namun, hal penting yang tak boleh dilalaikan, yakni bahwa kita mesti terbiasa duduk di bawah "pohon ara", dalam keheningan dan kedamaian; tak direcoki dan merecoki diri dengan urusan tetek bengek duniawi, apalagi pikiran dan kelakuan berebut untuk menjadi terbesar.
Kata-kata ajakan dari sesama kita, "Mari dan lihatlah!", barulah menggelorakan hati kita untuk datang kepada Tuhan dan bertemu dengan-Nya, kalau kita telah terbiasa merenungkan janji-Nya dan menantikan kehadiran-Nya.***(Penulis Imam Serikat Sabda Allah, Tinggal di Biara Soverdi Bukit Waikomo, Lembata)
Post a Comment