“Facebook” dan Proses Aktualisasi Diri Oleh Vinsensius Polli

        

Perkembangan zaman menampilkan pelbagai keunikan yang memiliki daya pikat bagi manusia. Setiap manusia berusaha untuk menampilkan diri sebagai manusia modern, yang mengikuti perkembangan zaman. 

Proses perkembangan zaman dengan segala keunikannya menampilkan dunia yang selalu bergerak maju dan berkembang secara periodik.Saat ini media sosial, misalnya Facebook, menjadi fitur atau aplikasi menarik yang diminati oleh jutaan orang di semua belahan dunia. 

Data teranyar (terbaru) menunjukkan bahwa saat ini ada sekitar 175 juta profil aktif di situs Facebook, dan setiap profil rata-rata memiliki 120 teman. Durasi pengaksesan profil berjumlah sekitar 3 miliar menit per hari, dan lebih dari 18 juta pengguna melakukan update (membarui) profilnya setiap hari. (Data tahun 2016)

Lebih lanjut, menurut penelitian yang dilakukan oleh Student Monitor, Facebook termasuk dalam jajaran benda atau hal kedua yang diingini oleh para pelajar atau mahasiswa di AS setelah Ipod. 

Facebook termasuk dalam kategori situs jejaring sosial seperti Friendster, MySpace, Multiply, Yuwie, dan lain-lain sebagai media bagi para penggunanya untuk saling berbagi informasi dan berinteraksi. Facebook diluncurkan pertama kali pada 4 Februari 2006 oleh seorang mahasiswa Harvard University, Mark Zuckerberg. 

Perihal nama Facebook, Zuckerberg mendapat inspirasi dari sebuah istilah di kalangan kampus seantero Amerika Serikat (AS) untuk saling mengenal antarsesama civitas akademiknya. Awalnya, para pengguna facebook hanya dikhususkan bagi mahasiswa di kampus Harvard University. Kemudian diperluas ke sejumlah kampus di wilayah Boston (Boston College, Boston University, Northeastern University, Tufts University) dan kampus-kampus lainnya seperti Rochester, Stanford, NYU, Northwestern, dan Ivy League, menyusul sejumlah kampus lain di AS.

Akhirnya, pengguna Facebook diperluas lagi ke sejumlah kampus lain di seluruh dunia. Pada 11 September 2006, pengelola Facebook membuat satu langkah penting dengan mengizinkan aksesnya ke seluruh netter (pengguna internet) yang mempunyai alamat email valid, namun dengan pembatasan usia. 

Facebook bermula dari kampus Harvard Amerika, dan saat ini berkembang pesat dan merambah di semua pelosok dunia. Kehadiran Facebook sebagai aplikasi yang sangat unik dan menarik pada semua bidang kehidupan manusia. Kenyataan ini dapat dilihat dari klasifikasi atau kategori peminat (Facebooker) dari tingkat anak, orang dewasa dan orang lanjut usia. 

Facebook ditemukan sebagai aplikasi menarik yang menjadi perantara bagi sesama dalam berkomunikasi. Sejauh pengamatan saya sebagai seorang peminat dan pengguna media sosial Facebook selama kurang lebih enam tahun terakhir ini, facebook dilihat sebagai media bagi manusia untuk mengaktualisasikan dirinya. Dalam proses aktualisasi diri, secara tidak langsung, manusia hadir dan memperkenalkan jati dirinya, lingkungan hidupnya dan status sosialnya dengan bebas atau atas kemauaan dirinya sendiri.

Ignas Kleden sosiolog ternama Indonesia asal Flores dalam makalahnya (Social Science and Humanities in Indonesia: Making Sense of The Experiences with Globalization and Capitalizing on Best Practices) mengemukakan bahwa usaha manusia untuk mengontrol globalisasi tergantung pada kemampuan kita, untuk mengontrol diri kita pada kekuasaan, sensivitas kita pada orang lain dan kemampuan kita untuk membuat konsensus yang dapat berfungsi dalam interaksi sosial dan kompetisi politik. 

Hemat saya, dinamika yang terjadi pada masyarakat pengguna Facebook berdampak langsung terhadap kehidupan manusia zaman ini. Entahlah, masyarakat pengguna facebook memahami tujuan dan manfaat penggunaan Facebook? Jawabannya sangat bergantung pada kemampuan setiap pengguna (Facebooker) dalam mengontrol dirinya sebagaimana dikemukakan sosiolog Ignas Kleden. Dampak positif penggunaan media sosial (Facebook) ditemukan banyak hal di dalamnya, misalnya berkomunikasi atau berinteraksi dengan siapa saja tanpa mengenal ruang dan waktu, serta keunikan lainnya sebagai dampak positif dari penggunaan facebook di era modern ini. 

Tidak dapat disangkal juga bahwa penggunaan facebook di zaman ini, acapkali menyeleweng dari fungsinya. Facebook tidak dilihat sebagai proses aktualisasi diri, tetapi sebagai media untuk mencari-cari kesalahan orang lain, lawan politik dan kekuasaan. Tidak heran di negara kita (baca, Indonesia) akhir-akhir ini facebook dijadikan sebagai media orang mengujarkan kebencian dan menebar fitnah.

Dalam penggunaan facebook, ditemukan banyak ketimpangan. Namun itu bukan sebuah persoalan yang mesti sampai pada pemusnahan (blockir) aplikasi dan jaringan facebook. Penyedia jasa internet memiliki aturan bagi para pengguna media sosial dengan diberlakukannya undang-undang, namun publik (pengguna) salah menggunakannya, yakni mencoreng jati dirinya dan orang lain. 

Facebook sebagai aktualisasi diri mesti membawa pengguna (manusia) pada kesadaran akan hakikatnya sebagai makhluk sosial untuk saling  berkomunikasi. Ini mesti dipahami sehingga Facebook digunakan secara benar sesuai ketentuan yang berlaku.***(Tulisan pernah dipublikasikan tahun 2016, diterbitkan lagi dengan sedikit perubahan).

Vinsensius Polli


No comments