Apreseasi Sastra: Polisi Buang Sine dan Novel Dua Malam Bersama Lucifer (Oleh Vinsensius Polli)
Dalam novel ini, Buang Sine menggambarkan tokoh Lucifer sebagai penguasa kegelapan yang bertujuan membawa manusia ke dalam kerajaannya (neraka), tetapi ia juga mengencam manusia yang tidak setia pada imannya. Lucifer merupakan penguasa tunggal yang tugasnya mengggoda dan membawa manusia untuk masuk dalam kerajaannya dan menyimpang dari ajaran penguasa ilahi. Namun, Lucifer dengan sendirinya mengaku bahwa ia takluk pada penguasa ilahi karena meskipun tiga kali ia mencobai-Nya, Yesus tetap keAllahanNya dan iman Yesus tidak goyah sedikitpun.
Membaca, mencermati dan mendalami novel Dua Malam Bersama Lucifer karya Simon Junion Buang Sine merupakan sebuah kesadaran akan dua dimensi kehidupan antara dunia fana dan dunia akhirat. Tak bisa disangkal bahwa dalam hidup manusia diselimuti oleh dua dimensi kehidupan yakni dunia fana menjadi tantangan bagi manusia untuk menghidupi cara hidupnya yang baik untuk memeroleh kebahagiaan atau pahala yang besar di dunia akhirat sebagai tujuan akhir ziarah hidup manusia. Dalam kepolosan dan ketidakpahaman akan dosa (neraka) dan surga seringkali membuat hidup manusia menjadi hambar.
Buang Sine adalah seorang polisi yang bertugas di bagian Direktorat Reserse dan Kriminal Umum Kepolisian Daerah Nusa Tenggara Timur, memiliki minat yang besar dalam bidang sastra. Kenyataan ini dapat dilihat dari terbitan novel perdana (Dua Malam Bersama Lucifer). Selain bertugas sebagai seorang polisi, ia juga menyempatkan dirinya untuk menulis karya-karya sastra (puisi dan novel). Novel Dua Malam Bersama Lucifer sebagai karya perdana inilah yang mengangkat nama Buang Sine dikenal di media cetak dan online diwilayah NTT dan sekitarnya. Tidak heran bila Buang Sine dijuluki sebagai polisi penyair.
Dalam tulisan ini, saya ingin mengapreaseasi Buang Sine atas novel perdananya yang memiliki unsur rohani yang bersifat mengajar dan mendidik manusia dan semua itu didasarkan pada kitab suci. Novel Dua Malam Bersama Lucifer bagi saya sangat luar biasa. Sebuah bentuk karya sastra yang berpedoman pada kitab suci dalam hubungannya dengan realitas hidup manusia. Dalam alur pembahasan karyanya, Buang Sine menggambarkan kehidupan manusia yang sedang dikungkung oleh dosa yang membutakan mata manusia dan membatukankan nurani manusia.
Siapa saja yang membaca, mencermati dan mendalami novel ini akan menyadari eksistensi dirinya sebagai mahluk sosial dan pendosa. Sikap dan tingkahlaku hidup manusia yang melahirkan dosa yang digambarkan Buang Sine dalam novelnya merupakan sikap yang sangat keji dan sadis. Realitas yang ditampilkan penyair dari kacamata imannya merupakan ungkapan kehidupan kalangan pejabat (besar) . Gambaran suasana dalam novel Buang Sine yakni sangat menakutkan dan mencemaskan dalam gambaran kisah yang terjadi di dalamnya. Sejauh pendalaman saya akan novel ini, saya berasumsi bahwa ketika manusia menyadari dirinya sebagai makluk pendosa dan membaca novel ini secara sungguh-sunguh maka akan lahirlah sikap untuk membaharui diri dan bertobat dari sikap kedosaannya.
Dalam novel ini, Buang Sine menggambarkan tokoh Lucifer sebagai penguasa kegelapan yang bertujuan membawa manusia ke dalam kerajaannya (neraka), tetapi ia juga mengencam manusia yang tidak setia pada imannya. Lucifer merupakan penguasa tunggal yang tugasnya mengggoda dan membawa manusia untuk masuk dalam kerajaannya dan menyimpang dari ajaran penguasa ilahi. Namun, Lucifer dengan sendirinya mengaku bahwa ia takluk pada penguasa ilahi karena meskipun tiga kali ia mencobaiNya, Yesus tetap keAllahanNya dan iman Yesus tidak goyah sedikitpun.
Buang Sine membahas novelnya dengan gaya imajinasi bersifat spiritual dengan berlandaskan dasar teologis yang kuat dalam karya Buang Sine. Hal ini dapat dilihat dari ringkasan kitab suci perjanjian lama dan perjanjian baru yang digunakan penyair untuk mendeskripsikan ramalan peristiwa yang tampak dari kacamata penyair. Realita yang tampak merupakan dimensi rohani yang melampaui ruang dan waktu. Setiap pribadi manusia beragama Kristen mesti menyadari hakekat dirinya sebagai mahluk ciptaan Allah yang diciptakan oleh Allah dan akan kembali kepada Allah. Ketika manusia dipanggil untuk kembali ke hadirat Allah sebagai proses penghakiman terakhir atas segala tingkah laku selama hidupnya di dunia dalam hubungan dengan pribadi manusia dengan Tuhan dan sesama.
Buang Sine dalam karyanya telah meramalkan tentang upah dari dosa yang dibuat manusia di dunia. Besarlah tanggungannya di api penyucian dan tokoh Lucifer akan tertawa ria sambil mengagung-agungkan kehebatanya. Aku bahagia membawa manusia pada kebinasaan. Setiap dosa dan kejahatan adalah jiwaku. Ini merupakan sebuah ungkapan sikap arogansi dari lucifer yang memuji kehebatannya sebagai penguasa kejahatan yang telah menjerumuskan banyak manusia ke dalam kerajaannya.
Ramalan sang novelis ini memiliki dasar teologis yang kuat yang tidak bisa disangsikan. Hal demikian memberi harapan besar bagi manusia untuk menyadari keberadaan dirinya sebagai mahluk pendosa dan bangkit dari kedosaannya untuk bertobat demi kebahagiaan hidup di dunia akhirat. Penyair melalui karyanya berusaha menghadirkan seberkas cahaya yang akan menuntun manusia sampai pada tujuan hidup yang benar. Selamat bagi penulis, terima kasih atas karyanya semoga apreseasi ini mendorong sang penyair untuk melahirkan karya-karya baru yang lebih kontekstual tentang hidup manusia dewasa ini. (Flores Pos, September 2016)***
Salut nao Usi
ReplyDeleteMantap bruder.
ReplyDeleteMantap bro
ReplyDelete