Catatan di Balik Hujan: Antara Tanah Warisan dan Kisah Pemungut Cukai
*Satu tahun lalu tepatnya 27 November 2019 saya menuliskan narasi ini pada dinding facebook saya saat hujan pertama dan hari ini terulang lagi pada suasana 'hujan' yang sama. Saya mengolahnya lagi dan memuat di blog pribadi saya sesuai dengan versi aslinya. Baik juga menulis karena keuntungan yang didapatkan oleh setiap orang yang menulis adalah kilas balik yang selalu mengejutkan. Selamat membaca!
Foto Fb Vinsen Polli/Nov. 2019 |
Narasi tentang anak hilang dikisahkan lagi disetiap lorong sunyi rumah (kita) hingga di jalanan kota. Anak-anak jalanan tertawa sambil beryanyi dan menyapu halaman rumah yang terlanjur basah lantaran guyuran hujan pertama. Anak-anak minta duit (uang) pada orang-orang besar yang mandi air hujan dekat tembok gereja sambil menari berbaris tanpa nyanyian dan rintihan. Orang-orang besar memilih terus berjemur di bawah hujan padahal tak ada matahari. Jalannya sempoyongan dasi dan jas mengkilap ditanggalkan tanpa sadar.
Padahal anak-anak jalanan lebih suka mendengungkan cerita tentang Zakheus si orang pendek dan pemungut cukai. Anak-anak jalanan merengkuh sampah-sampah tengik yang lainnya berbaris di simpang lampu merah dengan setumpuk koran dengan senyum yang tidak pernah selesai. Cinta dan asa seperti melebur tanpa syarat pecah di jalan kota berhiaskan kembang indah bunga sepe di tanah pusaka yang telah lama ditinggalkan oleh sang pemiliknya. Anak-anak jalanan berkisah lagi kalau pemilik tanah pusaka ini sudah lama mati.
"Pemilik tanah sudah mati. Tapi, mati bukan karena ditimpah menara dekat siloam, namun mati usai mabuk bercinta dengan gadis-gadis penjaga tanah pusaka ini. Tanah ini diwariskan kepada kami anak-anak jalanan yang berdiam di kota ini", tutur Lukas si anak jalanan yang masih ingusan itu.
Si Lukas bertanya kepada pada teman-teman sejalanannya, "lantas setelah kita tiada di atas tanah pusaka ini, tanah pusaka yang telah dikuduskan oleh nenek-nenek moyang kita diwariskan kepada siapa lagi ataukah harus dihibahkan pada kekasih-kekasih kita yang sedang menanti dengan pelita-pelitanya yang hampir padam?
Selepas hujan usai anak-anak jalanan berikrar untuk terus menjaga tanah pusaka hingga langit dan bumi musnah dan sabda para nabi melalui para leluhur tetap ada dan kokoh di atas tanah pusaka ini.***
Asam urat tinggi, minum air rebusan kulit faloak..dijamin sembuh..
ReplyDeleteTerima kasih bos.Pulang ret2 na bawa perubahan baru ya Prof besar. hahaha
Delete