Gadis Berhati Mulia: Sebuah Catatan Kecil Pada 8 Oktober 2018 dari Ruas Jalan Piet A Tallo

*Tulisan ini ditulis usai kejadian dan langsung dipublikasikan pada dinding facebook saya 8 Oktober 2018. Dan hari ini muncul di kolom kenangan facebook dan saya sedikit merevisi tulisan ini mempublikasikan kembali pada blog pribadi saya.

Suasana malam hari sepanjang ruas Jalan Piet A. Tallo Kupang/Foto Vinsen Polli
Usai kuliah sore ini, motor harus berurusan dengan bengkel lantaran ban pecah. Syukurlah bahwa ini tidak merepotkan, karena sebuah bengkel kecil terletak tidak begitu jauh dari kampus (berada tepat di pintu masuk kampus). 

Pemilik bengkel mulai membongkar ban yang pecah dan memperlihatkannya pada saya bagian ban yang pecah.

"Ini lubangnya mau ditambal atau beli ban dalam baru?", tanya pemilik bengkel dengan sedikit mengerutkan dahinya.

"Tambal saja om", jawab saya singkat dengan maksud tidak memperlebar pembicaraan, supaya ban cepat ditambal dan saya boleh pulang ke rumah (komunitas). 

Saya duduk menyaksikan dengan cermat cara dan proses kerja dari si tukang bengkel itu. Sesekali mengarahkan mata ke jalan raya sambil menikmati hiruk-pikuknya di sore hari. 

....

Beberapa saat kemudian tukang bengkel  itu menyelesaikan tambalnya dan mendorong motor saya sedikit keluar dari gubuk kecil di pinggir Jalan San Juan.

"Trima kasih om", saya pamit dan meninggalkan bengkel kecil di simpang jalan itu.

Matahari di ufuk barat jatuh tanpa suara disambut aroma malam tanpa secuil dengki. Saya menghirup dan membiarkan aroma malam menemani perjalanan pulangku dengan sangat berhati-hati.

"Huuuuhhhh.... motor bensin habis". Baru menempuh jarak kurang lebih 3 km bensin habis di area sepi penjual bensin. Pertamina masih sangat jauh. Saya harus turun dan mendorong motor yang saya kendarai mencari tempat jual bensin ataukah menunggu mungkin ada kenalan yang lewat yang bisa membantu saya.  

Cemas dan takut bercampur aduk menyelimuti seluruh jiwaku lebih dari aroma malam yang saya hirup beberapa menit yang lalu. 

Saya cemas dan takut bukan karena di mana saya harus beli bensin, tetapi kecemasan ini lebih pada komitmen saya untuk pulang rumah tepat waktu. Saya akan dikatai tidak disiplin bila saya pulang terlalu larut malam.

.............

Kecemasan ini berangsur pulih ketika seorang gadis berbadan ramping tampak cakap mengendarai sepeda motor revo hitam sedikit menepi dan mendekat ke arah saya.


"Maaf pak, motornya kenapa?, tanya gadis itu seakan mencemaskan saya yang sedang kebingungan di ruas jalan Piet A. Tallo. 

"Bensin habis ade", saya menjawabnya tanpa ragu-ragu. 

"Aduhhh,,, terus ada yang sudah bantu beli bensin?", tanyanya lagi.

"Belum!"

Terus-terang di sini saya tidak hanya menjawab setiap tanya yang diajukan gadis berbadan ramping malam ini, namun sayapun menatap  tajam wajahnya sekalian mengagumi tubuhnya yang ramping dan gaya bicaranya yang santun. Hahaha... Aneh. Dalam keadaan cemas dan takut ini saya masih ada waktu untuk menatap tajam dan mengagumi gaids berbadan ramping yang tidak saya kenal sama sekali itu.

"Mungkin Tuhan yang kirim sebagai malaikat pelindung. Malaikat pelindung secantik ini kah?", pinta saya dalam hati.  

"Pak tunggu di sini sebentar, beta coba ke arah sana. Mungkin ada penjual bensin di arah sana",  katanya sambil menyadarkan saya yang sedang berdiri menerawang membayangkan kehadiran gadis itu.

Diapun melaju dengan kecepatan tinggi. Dari belakang saya menyaksikan rambutnya yang terurai rapih dibahunya ditiup angin malam.

"Sungguh jinaknya angin malam. Tak malu-malu meniup rambut gadis berbadan ramping itu", saya bergumam dengan sedikit tawa di tepi jalan itu.

"Mungkin gadis itu tahu kalau saya menerawang membayangkan kehadirannya secara tiba-tiba tanpa diundang.

"Pak ini bensinnya 1 liter. Nanti botolnya singgah antar saja di bengkel depan sana, beta sudah bayar memang. 

Maaf pak, beta pamit lebih dulu", katanya sambil menyodorkan botol bensin dan berlalu dari hadapanku.

...

Ini adegan klimaks yang sangat menyiksa dan mungkin jarang sekali terjadi. Menyiksa bukan karena saya mengagumi gadis berhati mulia itu dan ingin mengenal siapa namanya? Bukan.

Saya sangat tersiksa lantaran gadis itu tidak mendengarkan ucapan terima kasih saya padanya.

Biarlah ia pergi, karena kebanyakan orang yang berhati mulia tidak banyak menuntut balas jasa dan jarang memperkenalkan siapa mereka.***

3 comments:

  1. Replies
    1. Baiklah. Kalau setiap pembaca mengidentifikasikan dirinya sebagai sosok gadis berhati mulia ini.

      Salam kenal ya.😎🤗

      Delete
  2. Mantap tulisan yang sangat baik....

    ReplyDelete