Sadar Dari Sebagai Pendosa: Renungan Harian, Edisi Kamis,17 September 2020
*Oleh P. Steph Tupeng Witin, SVD
Bacaan I: 1Korintus 15:1-11
Bacaan Injil: Lukas 7:36-50
Ilustrasi Foto Dok. Novisiat SVD St. Yosef Nenuk, Atambua/2016 |
Hari ini penginjil Lukas berkisah tentang Simon, seorang Farisi, mengundang Yesus makan di rumahnya. Agak aneh, mengapa ia anggota perkumpulan yang memusuhi Yesus, tetapi dia mau mengundang Yesus datang ke rumahnya.
Kita coba menduga-duga alasannya. Mungkin Simon itu diam-diam seorang pengagum Yesus, karena tentu tak semua orang Farisi sudah dicuci otak dan membenci Yesus. Atau, barang kali Simon sengaja mengundang Yesus, agar mendapatkan ucapan Yesus yang salah, sehingga dapat dijadikan alasan untuk mendakwa Yesus. Ataukah, jangan-jangan Simon adalah seorang agen provokator. Tak bisa dipastikan, karena Lukas tak mengungkapkan dalam kisahnya.
Lukas hanya bercerita bahwa dalam makan bersama itu, ternyata ada seorang perempuan. Perempuan ini meminyaki kaki Yesus dengan minyak wangi. Simon lalu bereaksi negatif. Ia membuka aib wanita itu sebagai seorang berdosa dan mempersoalkan kenapa Yesus membiarkannya. "Jika Ia ini nabi, tentu Ia tahu, siapakah dan orang apakah perempuan yang menjamah-Nya ini; tentu Ia tahu, bahwa perempuan itu adalah seorang berdosa" (Luk 7:39). Reaksi ini seakan memperlihatkan bahwa dirinya tak sepenuh hati menerima Yesus; sekaligus menganggap orang lain yang berdosa tak pantas di hadapannya, karena dia orang baik.
Dengan kisah ini rupanya Lukas ingin menunjukkan bahwa sering orang merasa dirinya baik, sehingga bisa seenaknya menilai orang lain dan mengambil jarak dengan orang lain yang dianggap tidak baik, orang berdosa. Orang yang merasa diri tak berdosa, memang tak merasa perlu akan kehadiran Tuhan bagi dia.
Pesan yang terkuak untuk kita adalah perasaan diri cukup, maka kita tentu tidak membutuhkan apa-apa lagi. Merasa diri lebih baik dari orang lain, maka kita suka membuat jarak dengan orang lain yang dianggap cacat, berdosa. Merasa diri sudah baik, maka akan membuat kita tak sepenuh hati menerima kehadiran Tuhan.
Santo Paulus tak segan-segan berkata: "Kristus Yesus datang ke dunia untuk menyelamatkan orang berdosa, dan di antara mereka akulah yang paling berdosa" (1 Tim 1:15). St. Fransiskus Assisi pun senada berujar: "Tidak ada di dalam dunia ini yang lebih celaka dan malang selain dari aku". Keduanya seakan menasihati kita bahwa seseorang itu baik dan akan menjadi lebih baik kalau ia menyadari dirinya sebagai pendosa. kesadaran ini akan membuka pintu hati akan kehadiran Tuhan, akan pengampunan Tuhan.
"Jikalau seseorang dibenarkan dengan menyebut dirinya sebagai seorang berdosa, maka dengan menyebut dirinya demikian, ia sudah berhenti menjadi seorang berdosa" (St. Agustinus).***(Penulis Imam Serikat Sabda Allah, Tinggal di Biara Soverdi Bukit Waikomo, Lembata)
Post a Comment