" KURSI" Renungan Pesta Santa Perawan Maria Ratu, Edisi Sabtu, 22 Agustus 2020

*Oleh P. Steph Tupeng Witin, SVD

Bacaan I: Yeheskiel 43:1-7a

Bacaan Injil: Matius 23:1-12

Gereja Paroki Santa Maria Mater Dolorosa Soe,TTS/ Foto Vinsen Polli

Kursi adalah perabotan rumah tangga yang biasa digunakan sebagai tempat duduk. Pada umumnya, kursi memiliki 4 kaki yang digunakan untuk menopang berat tubuh di atasnya. Beberapa jenis kursi, seperti barstool, hanya memiliki 1 kaki yang terletak di bagian tengah. Kadang-kadang kursi juga dilengkapi dengan sandaran kaki.

Dalam penggunaannya, kursi digunakan untuk duduk bagian anggota badan atau sebagai penopang bagian yang lain. Kursi juga banyak digunakan dalam kehidupan sehari hari dan dimengerti dalam arti kiasan sebagai kedudukan, jabatan.

Dalam tradisi Yahudi, seorang guru selalu berposisi duduk saat mengajar. Di bagian depan sinagoga terdapat tempat duduk dari batu yang disediakan khusus untuk guru Yahudi. Di zaman penjajahan kaum Hellenis, orang Yahudi memikirkan Musa sebagai guru yang diangkat Allah menduduki kursi di Sinai.

Maka kursi berkaitan kedudukan sebagar pengajar dengan fungsi pengajaran. Menduduki kursi berarti memiliki wibawa resmi sebagai pengajar, guru yang dihormati. Orang yang menduduki kursi Musa berarti penafsir dan pengajar resmi hukum Musa. Ahli Taurat dan orang Farisi mengklaim diri bahwa hukum Musa itu hanya dapat dipahami lewat penafsiran dan pengajaran mereka.

Yesus berkata kepada orang banyak dan para murid-Nya, "Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi telah menduduki kursi Musa. Sebab itu turutilah dan lakukanlah segala sesuatu yang mereka ajarkan kepadamu, tetapi janganlah kamu turuti perbuatan-perbuatan mereka, karena mereka mengajarkan tetapi tidak melakukannya" (Mat 23:2-3).

Yesus mengajak orang agar menuruti dan melakukan segala yang diajarkan ahli Taurat dan orang Farisi. Sebab mereka menduduki kursi Musa. Namun Ia melarang untuk meniru perbuatan mereka, karena tidak sesuai dengan apa yang diajarkan. Mereka menuntut dari orang lain apa yang tidak pernah mereka tuntut pada diri mereka sendiri. Mereka mengikat beban berat pada bahu orang, yakni kewajiban hukum hasil interpretasi mereka, sehingga orang harus melakukan lebih banyak dari yang dituntut oleh hukum Taurat sendiri.

Selain itu, Yesus pun secara tidak langsung mengingatkan agar orang yang menduduki kursi sebagai pengajar agar mengajar dengan benar, menyampaikan apa yang benar. Dan ini yang tak boleh dilupakan, menunjukkan apa yang diajarkan dengan perilaku dan perbuatannya sendiri. Artinya, ada kesesuaian, keselarasan antara apa yang diajarkan dengan apa yang dilakukan.

Teman saya pernah pernah menulis tentang filosofi kursi dan orang yang mendudukinya. Bagaimana kursi bisa berdiri atau bergerak dengan sempurna ? Tentu saja karena ada kaki-kaki plus roda yang kuat. Tapi bagaimana kursi bisa punya arti, kalau tak ada yang mendudukinya ? Dari kursi yang didudukinya, orang bisa berbicara, menentukan dan mengambil keputusan penting. Tapi semua itu tak bermakna, bila tak ada kaki yang menopang. Kaki itulah cinta dan perbuatan yang memberi kekuatan pada kata.

Renungan yang saya kirim tiap pagi selalu dapat tanggapan. Ada yang cukup menohok hati. "Terasa indah dan mudah, tapi tak gampang bahkan sulit untuk dilakukan". Mungkin itu ungkapan hati dengan kesulitan pada dirinya. Tapi sebuah reflektif untuk diriku. Saya mesti tata diri. Tak bisa hanya cuap-cuap ibarat komentator sepakbola yang merasa lebih hebat dari Pep Guardiola. Jangan sampai saya termasuk orang NATO alias Not Action Talk Only. Cuma omong doang.

Terkenang, guru-guru dulu dalam mengajar selalu memberikan contoh konkrit. Dengan itu kita cepat dan mudah paham maksudnya. Orang Latin punya pepatah, "Verba docent, exempla trahunt", kata-kata itu mengajarkan, teladanlah yang membimbing. 

Semoga saya dan siapa yang sedang menduduki kursi mengajar, mampu menjadi pribadi yang seimbang. Tak hanya pintar bersilat kata, tapi juga trampil menerapkannya dalam hidup sendiri, sehingga bisa digugu dan ditiru.***(Penulis Imam Serikat Sabda Allah, Tinggal di Biara Soverdi Bukit Waikomo, Lembata)

1 comment:

  1. Terima kasih untuk renungan akhir pekan yang sangat bagus ini. Kursi mengingatkan kita akan kekuasaan dan keserakahan yany dilakonkan manusia.

    ReplyDelete