Kata Sejumlah Anak Muda NTT (Pecinta Sastra) Selepas Kematian Sastrawan Indonesia Sapardi Djoko Damono

*Oleh Vinsen Polli

Foto Sasrawan Indonesia Sapardi Djoko Damono

Minggu siang langit kota tampak cerah dipadu hembusan angin kencang di musim ini membawa kabar duka kematian sastrawan Indonesia Sapardi Djoko Damono. Kabar kematian sang maestro sastra ini tersiar begitu cepat melalui media media online dan media sosial. Sapardi Djoko Damono meninggal pada usia 80 tahun. Sang maestro tabah melewati rintik-rintik hujan di bulan Juni dan pada medio Juli ia berpasrah pada kehendak sang Kuasa bahwa kematian yang telah disabdakan melalui sajak-sajaknya yang tajam bagai mata panah mengiringnya sambil melebur diri dalam kepasrahan yang sunyi hingga ia tertunduk dan menjawab panggilan sang Kuasa untuk menghadap-Nya selama-lamanya.

Kabar kematian sang maestro tersiar hingga di wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT). Saya temukan ungkapan duka dan doa di sejumlah stori dan dinding facebook dan whatsapp anak muda pecinta sastra di NTT yang pernah membaca karya-karya Sapardi Djoko Damono. Ungkapan duka dan doa dengan mengutip sajak-sajak sang maestro dituliskannya pada dinding facebooknya masing-masing sebagai doa yang mengiring jalan pulang sang Maestro menuju tempat keabadian.

Sebagai seorang pecinta sastra yang pernah membaca karya-karya saya tergerak untuk meminta komentar para pecinta sastra di NTT perihal pulang tokoh sastrawan besar Indonesia yang sangat dikenal melalui karya-karya yang tajam laksana mata panah. Saya dan mereka tidak termasuk dalam barisan sastrawan ataupun penyair NTT. Namun, kami mencintai sastra dan karya-karya Sapardi Djoko Damono turut menginspirasi hidup kami untuk lahir dalam karya-karyanya.

Berikut ini saya sajikan beberapa komentar anak muda pencinta sastra yang berhasil saya wawancarai pada Senin, 20 Juli 2020.

 Eko Tukan (Pecinta Sastra-Mahasiswi Undana Kupang)

Tentang Sapardi Djoko Damono siapa sih yang tidak kenal beliau! Dia adalah sastrawan yang bagi saya berkarya dan berkreasi dengan sangat jujur disetiap goresan penanya. Saya mengenalnya sejak duduk di bangku SMP. Saat itu memang banyak sekali karyanya (puisi) yang menghipnotis saya. Selain itu, sastrawan kelahiran Solo, 20 Maret 1940 ini, awalnya saya tertarik karena tanggal lahirnya sama dengan ayah saya ... hehehe. Waktu itu sangat polos. Namun, saya mulai menyukai karyanya sejak memiliki hp android. Saya mulai cari puisi-puisi Sapardi Djoko Damono di google dan youtube. Ketika membaca karya-karyanya saya menemukan ada puisi-puisi yang menyayat hati, misalnya puisi “Pada Suatu Saat Nanti”. Tapi Entahlah, dia sosok yang luar biasa.

Bagi saya puisi-puisi Sapardi Djoko Damono seperti anak panah yang terus menikam tubuh saya. Artinya dengan membaca karya-karyanya saya sangat terinspirasi. Saya sepertinya siap dipanah ke segala tempat. Dengan busur puisi dan tak pernah gentar hingga segala yang dipijaki berjalan seirama. Selain itu puisinya membuat saya banyak belajar patah hati. Karena patah hati yang paling hebat adalah ketika saya tak bisa menulis untuk melihat diriku sendiri.

 Enjel Da Costa (Pecinta Satra-Mahasiswi Unwira Kupang)

Sastrawan Indonesia Sapardi Djoko Damono kelahir di Solo, 20 Maret 1940 ini dikenal sebagai penyair besar Indonesia. Karya-karyanya menggunakan kata sederhana tentang alam. Salah satu puisi karyanya adalah "Aku Ingin" menjadi salah satu inspirasi film. Sang maestro ialah idola saya yang membawa inspirasi bagi saya untuk mencintai puisi.

Karya-karya beliau yang  begitu indah membuat saya jatuh cinta pada puisi apalagi berhadapan dengan alam, saya selalu terbawa dalam dunia puisi yang mendorong saya untuk menulis puisi dengan sudut pandang saya.

 Romana Alexia (Pecinta Satra-Mahasiswi Unwira Kupang)

Saya mengenal beliau sebagai seorang sastrawan yang banyak melahirkan karya. Juga pengaruh dan perannya yang besar dalam dunia pendidikan. Walaupun saya tidak mengikuti semua karya beliau, namun salah satu karyanya yang saya suka dan paling berkesan buat saya adalah puisi yang berjudul "Aku Ingin". Saya senang cara beliau menyajikan puisi, karena menggunakan kata-kata yang sederhana dan mudah dipahami, tetapi estetika sastranya tetap melekat.

Melalui karyanya saya menemukan pelajaran dan teladan hidup, untuk menjadi seorang yang lebih kritis, tekun, sabar dan setia. Beliau behasil membuat saya menjadi seorang penyuka puisi, dan mengajarkan saya agar lebih menghargai karya sastra yang dihasilkan oleh para penyair Indonesia.

 Afriana Jenita (Pecinta Sastra-Mahasiswi UKI Ruteng)

Mengenal Sang Sastrawan memang tak terlalu dalam. Namun, rasanya sangat dekat, apalagi ketika membaca karya-karyanya. Menurut saya beliau adalah sastrawan yang luar biasa. Dia bisa menciptakan karya-karya yang luar biasa. Dia adalah sastrawan yang patut di teladani oleh barisan sastrawan Indonesia dan NTT khususnya. Para penyair pemula mesti dipacu untuk terus berpuisi dengan makna dan estetika yang indah dan berkesan.  Karyanya sangat luar biasa dan saya memang betul-betul patah hati ketika mendengar kabar kematiannya.

Pengaruh karya-karyanya sangat dalam bagi saya. Terutama cara beliau menciptakan puisi, diksi yang digunakan sangat indah dan bermakna. Selain itu, caranya membawakan puisi saya sangat kagum. Dan dari sosok ini, saya banyak belajar meskipun saya bukan penyair yang handal, tetapi dari beliau saya belajar menciptakan karya sastra yang benar-benar lahir dari hati dan bukan hanya menulis untuk menghibur diri atau untuk dikenal oleh orang banyak.

 Ersha Rambu (Pecinta Sastra, Tingga di Sumba)

Saya tidak terlalu kenal baik mendiang Sapardi Djoko Damono, tetapi saya suka dengan sajak-sajaknya yang tergolong mudah dipahami dan juga gaya bahasanya mudah diserap. Saya pikir beliau pantas disebut sastrawan handalnya Indonesia, karena goresan tintanya sangat menginspirasi. Saya kagum dan saya tidak perlu banyak mengungkapkan banyak kata-kata, karena beliau adalah tokoh inspirator yang paling berpengaruh sepanjang perkembangan sastra Indonesia. Mungkin masih banyak penyair-penyair hebat, tetapi beliau adalah salah satunya yang patut dibanggakan dunia sastra Indonesia.

Pengaruh karya-karyanya dalam kecintaan saya di bidang sastra dibilang sangat besar, terutama dalam mendorong saya untuk mencipta puisi. Saya pikir sastra itu sasarannya adalah tentang manusia dan alam. Jadi, sangat luas cakupannya, sehingga kalau saya punya keinginan untuk bergaul dengan banyak pengetahuan, maka saya akan lebih bebas mengekspresikan diri dalam dunia puisi. Sejauh ini saya termasuk dalam kelompok pemula dalam dunia sastra, tetapi melalui karya-karya sang maestro sastra saya terus memacu diri untuk lahir dalam karya-karya Sapardi Djoko Damono.

 Yos Bataona (Pecinta Sastra-Mahasiswa STFK Ledalero)

Saya memang tak pernah bertemu langsung dengan beliau, tetapi saya selalu berjumpa dengannya melalui karya-karyanya. Puisi-puisinya membuka ruang perkenalan yang hangat dan banyak kesan yang melekat hingga saat ini. Sayapun selalu teringat akan petuhanya bagi para penyair muda, jika ingin menekunu jalan puisi ini maka perlu mengembangkan 3 hal ini; semangat, bakat dan intelegensia.

Pengaruhnya amat banyak. Bagi saya yang baru belajar berpuisi, rasanya selalu menyelami kolam yang amat sejuk. Kolam penuh makna yang menghadirkan wajah nirwana di tengah bumi yang fana ini.

Selamat jalan sang Maestro Satra Indonesia, komentar dan kesaksian kami akan kiprahmu di dunia sastra Indonesia tidak hanya untuk membuatmu tersanjung tetapi sebagai kidung doa yang terus menyanyikan kebaikanmu yang turut melahirkan kami dalam puisi. Beristirahat dalam damai sang Kuasa karena yang fana adalah waktu.***

3 comments:

  1. Selamat jalan eyang Sapardi Djoko Damono, terima kasih telah mewarnai sastra Indonesia dgn karya-karyamu..


    Dan semangat terus buat bruder Vinsen

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih ade.
      Terus lahir dalam puisi eyang.

      Delete
    2. Terima kasih ade.
      Terus lahir dalam puisi eyang.

      Delete