Renungan Harian, Pesta Santo Yakobus Rasul, Edisi Sabtu, 25 Juli 2020

"APAKAH KAMU SANGGUP?"
Oleh Pater Steph Tupeng Witin, SVD

Bacaan I: 2Kor 4:7-15
Bacaan Injil: Matius 20:20-28


Foto Gereja Paroki Hati Tersuci Maria Oe'ekam, TTS/ Foto Vinsen Polli


Saudara-saudari yang terkasih dalam Kristus,
Ibu Zebedeus datang kepada Yesus dan minta agar kedua anaknya, yakni Yakobus dan Yohanes boleh duduk di sebelah kanan dan kiri Yesus dalam Kerajaan-Nya. Demikian dikisahkan penginjil Matius hari ini.

Bukan hal yang aneh dan luar biasa apa yang dilakukan ibu Zebedeus. Praktek ini nyaris terjadi dan dilakukan banyak orang. Bahkan justru dianggap aneh dan rugi kalau tak gunakan "fasilitas" ini saat ikut test CPNS, kuliah lanjut dokter spesialis, dsb. 
 
Barangkali praktek minta privilese, kemudahan itu lumrah merebak di segala bidang. Tak heran dalam hidup keagamaan pun tak jarang dilakukan pula. Kebijakan penerimaan sakramen kerap dilanggar oleh pastor paroki karena yang menikah anak orang kaya atau setidaknya "sohib" kental sang pastor.

Doa, intensi misa pun banyak berisikan permintaan kita agar anak lulus test dan diterima masuk perguruan tinggi terkemuka, karena saingannya berjubel. Kenalan saya berdoa dan berdevosi keras agar sang putera bisa masuk seminari. Ternyata pada sesi wawancara, saat ditanya oleh rektor, "Kamu sendiri atau siapa yang suruh masuk ke seminari?" Sang anak lugas menjawab, "Mama yang suruh!".

Sungguh menarik kata-kata tanggapan Yesus. Jawaban Yesus itu jadi bahan permenungan kita. "Kamu tidak tahu apa yang kamu minta. Dapatkah kamu meminum cawan yang harus Kuminum ?" 

Saudara-saudari yang terkasih dalam Kristus,
Ada 2 (dua) hal patut direnungkan. Pertama, "Kamu tidak tahu apa yang kamu minta". Sering kita mengajukan permintaan dapat promosi dan diberi jabatan dan posisi tertentu. Tapi sebenarnya kita tidak tahu apa yang kita minta itu cocok dan sesuai dengan karakter dan kemampuan kita. Jangan-jangan itu lebih karena ambisi pribadi, pun karena kita iri dan tak mau kalah dengan orang lain. Cukup sering kita meminta, bahkan sampai mendesak Tuhan. Tapi rupanya kita tak paham mana yang penting dan mendesak. Ada yang penting tapi tidak mendesak. Ada yang mendesak tapi tidak penting. Kita pun sudah punya banyak. Tapi koq kita terus saja meminta, sehingga menumpuk apa yang kita punya dan kita tak tahu lagi bagaimana menyimpan atau menggunakannya.
 
Kedua, "Dapatkah kamu meminum cawan yang harus kuminum". Terngiang jelas kata-kata Yesus dalam kesedihan-Nya di taman Getzemani, "Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku ..." Cawan itu menunjuk kepada beban tanggung jawab, risiko yang harus dihadapi. Cawan itu derita yang harus ditanggung, salib yang harus dipikul berkaitan dengan posisi, kedudukan, jabatan. 

Saudara-saudari yang terkasih dalam Kristus,
Kita mesti bermenung, sanggupkah kita memikul beban dan menanggung risiko apapun ? Terkadang kita mau tugas, tapi enggan mengambil tanggung jawab dan bertanggung jawab saat ada kesalahan dan kegagalan. Kita memasang orang lain sebagai bemper. Bahkan kita lari dari tanggung jawab dan menjadikan orang sebagai kambing hitam.
 
Barangkali kita bisa menanggung beban seberat apapun sebagai konsekuensi dari jabatan, tugas, posisi tertentu. Kita barangkali mempunyai kompetensi dan keahlian sesuai dengan tugas tertentu. Mungkin kita sudah terlibat aktif dalam kegiatan dalam berbagai urusan dan berpengalaman. Mungkin pula kita sudah sering menjadi donatur dan ringan tangan membantu dalam aksi sosial yang diorganisir oleh paroki. Namun apakah kita berhak minta duduk di sisi kiri atau kanan Tuhan ? 

Rupanya kita lebih baik meminta begini, "Tuhan, berilah kepadaku apa yang Engkau pandang baik dan penting bagi hidupku. Engkau lebih mengenal aku ketimbang aku mengenal diriku sendiri". Amin. (Penulis Imam Serikat Sabda Allah, Tinggal di Biara Soverdi Bukit Waikomo, Lembata)

No comments