Renungan Hari Minggu Komunikasi Sosial Sedunia Ke-54 (Oleh RD. Marselus Nubatonis, Pr)
Bagi Paus Fransikus, di tengah hiruk-pikuk suara dan pesan yang membingungkan, kita butuh cerita manusiawi yang bicara tentang diri sendiri dan segala keindahan di sekitar. Cerita yang mampu memandang dunia dan peristiwa dengan penuh kelembutan. Yang bisa menceritakan, kita bagian dari permadani hidup dan saling terhubung. Cerita yang mengungkapkan jalinan benang yang menghubungkan kita satu sama lain.
Foto ilustrasi facebook Romo Marselus Nubatonis |
Tepat pada Minggu Paskah VII hari ini, Gereja Katolik sejagat merayakan Minggu Komunikasi Sedunia ke-54 dengan tema "Hidup Menjadi Cerita". Paus Fransiskus mengkhususkan pesan Minggu Komunikasi Sedunia tahun ini pada tema “Cerita”, karena Paus punya keyakinan bahwa kita perlu menghirup kebenaran dari cerita-cerita yang baik supaya tidak tersesat. Itulah cerita yang membangun, bukan menghancurkan, cerita yang membantu menemukan kembali akar dan kekuatan untuk bergerak maju bersama.
Bagi Paus Fransikus, di tengah hiruk-pikuk suara dan pesan yang membingungkan, kita butuh cerita manusiawi yang bicara tentang diri sendiri dan segala keindahan di sekitar. Cerita yang mampu memandang dunia dan peristiwa dengan penuh kelembutan. Yang bisa menceritakan, kita bagian dari permadani hidup dan saling terhubung. Cerita yang mengungkapkan jalinan benang yang menghubungkan kita satu sama lain.
Dan itulah yang dikisahkan Penginjil Yohanes dalam bacaan Injil hari ini. Yesus bercerita atau berkomunikasi dengan Bapa-Nya dalam sebuah doa yang mendalam. Ia berdoa bagi para pengikut-Nya supaya mereka satu, sama seperti diri-Nya dan Bapa adalah satu. Ia juga menghendaki agar ada kesatuan kasih yang mesra seperti diri-Nya dan Bapa dalam setiap komunitas pengikutNya. Termasuk kita.
Karena itu, kita perlu mewujudkan komunikasi itu dalam doa-doa kita, dengan harapan dapat berbuah dalam komunikasi kehidupan kita sehari-hari. Hal ini mengingatkan kita pada komunikasi yang terjalin antara Bapa dan Putera yaitu komunikasi yang berlandas pada kasih, komunikasi yang saling menghargai, komunikasih yang saling membangun, saling percaya dan terutama membuat orang lain berubah dan berkembang dalam hidupnya.
Selain dari itu, kita perlu dan harus menyadari bahwa komunikasi memang merupakan pencapaian manusia yang mendalam. Namun, komunikasi yang sejati tidak pernah hanya sebatas pada teknologi yang canggih tetapi harus terwujud dan terlihat dengan jelas dalam sebuah perjumpaan personal yang mendalam antara kita (satu dengan yang lain).
Dan perjumpaan personal yang mendalam
itu hanya mungkin terwujud, bila kita bertekun dalam suatu komunikasi dengan
iman yang sejati dan mendalam yaitu doa. Mari kita bertekun dalam doa dan hidup
dalam persaudaraan penuh kasih dan sukacita. Sehingga hidup kita menjadi cerita
bukan hanya karena mengubah hidup sendiri tetapi karena mampu mengubah hidup
orang lain.***(Penulis adalah Imam Diosesan Keuskupan Agung Kupang).
SELAMAT HARI MINGGU KOMUNIKASI SEDUNIA KE-54.
Post a Comment