Catatan Pendek dari Lantai 3 Kampus FKIP Unwira Kupang
Waktu menunjukan pukul 12:00 WITA, lonceng gereja berdentang sayu memecah kesunyian di setiap sudut dan lorong-lorong gedung kampus Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Katolik Widya Mandira Kupang. Siang itu, kehampaan kian bura, menampar setiap senyum yang lalu, menari berbaris dengan patuh memungut remah-remah air mata yang jatuh diantara belahan jiwa yang patah.
Foto Lantai 3 Kampus FKIP Unwira Kupang/Vinsen Polli |
Senin, 2 Maret 2020 Presiden Joko Widodo mengumumkan adanya 2 orang warga negara Indonesia (WNI) positif virus corona. Pengumuman ini menjadi maklumat dunia darurat covid, gaungnya terdengar hingga pedalaman Timur Indonesia. Jauh sebelum Presiden Indonesia Joko Widodo mengumumkan adanya WNI yang positif corona, pandemik ini santer dibicarakan lantaran memakan banyak korban jiwa di negara-negara maju yang menjadi pusat peradaban ekonomi dunia.
Pandemi covid-19 yang diihat sebagai isu global lantaran membawa kecemasan dan ketakutan bagi seluruh warga masyarakat melalui akses informasi media online. Isu ini terdengar hingga pendalaman wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT) yang sulit mendapatkan informasi sekalipun masih tergolong daerah tertinggal. Peran setiap warga masyarakat untuk menjadi pewarta sekaligus pembawa informasi bagi warga masyarakat untuk selalu waspada terhadap bahaya covid-19.
Beberapa waktu kemudian teridentifikasi sejumlah warga Indoneisa yang terpapar virus corona, pemerintah Indonesia mengeluarkan surat edaran berisi himbauan bagi pemerintah daerah untuk segera menerapkan social distancing (kerja dari rumah, belajar dari rumah dan beribadat dari rumah). Tentu ini merupakan tanggapan pemerintah dalam merespons ancaman penyebaran virus corona di wilayah Indonesia.
Aktivitas kantor, sekolah, kampus dihentikan. Semuanya
berlangsung secara daring. Dalam ketakutan dan kecemasan akan bahaya virus
corona, beberapa lembaga pendidikan yang berdiri kokoh di atas tanah ini,
seturut instruksi pemerintah mengambil kebijakan untuk
merumahkan semua aktivitas perkuliahan dengan memberlakukan sistem e-learning dan lain sebagainya. Kebijakan
yang diambil oleh para pimpinan lembaga pendidikan tinggi merupakan upaya
preventif untuk menghindari adanya penyebaran wabah virus corona yang santer
dibicarakan di jagat maya.
Rabu,18 Maret 2020
Lembaga
pendidikan Universitas Katolik Widya Mandira Kupang, kala itu masih menjalankan
aktivitas perkuliahan seperti biasa, sebagaimana imbauan pimpinan universitas
(Rektor). Aktivitas perkuliahan berjalan normal, meski suasana kampus tidak
tampak seperti biasanya. Situasi kampus yang tampak saat itu dengan santernya
virus corona yang ramai dibicarakan, saya melihat bahwa bukannya lembaga ini
tidak peduli dengan bahaya penyebaran virus melainkan ada keyakinan bahwa kita
tidak perlu menciptakan kecemasan dan ketakutan yang mengacam keselamatan
hidup. Toh, kebijakan untuk home learning akan diberlakukan bagi seluruh civitas akademika Unwira.
Teng... Teng... Teng...
Waktu menunjukan pukul 12:00 WITA, lonceng gereja berdentang sayu memecah kesunyian di setiap sudut dan lorong-lorong gedung kampus Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Katolik Widya Mandira Kupang. Siang itu, kehampaan kian bura, menampar setiap senyum yang lalu, menari berbaris dengan patuh memungut remah-remah air mata yang jatuh diantara belahan jiwa yang patah.
Mahasiswa-mahasiswi FKIP yang sedang kuliah dan duduk di lorong-lorong kala itu, tampak terdiam meninggalkan aktivitas sejenak. Doa Angelus beralun dari balik speaker kampus ministry terdengar hingga di lantai 4 kampus FKIP. Mahasiswa-mahasiswi turut dalam doa nan syahdu. Mahasiswa-mahasiswi dari agama lainpun (Protestan dan Islam) turut dalam suasana doa yang khusuk.
Inikah toleransi kita?
Ya! Bukan hanya suasana toleransi, tetapi kebiasaan doa inipun tercipta sejak awal mula lembaga pendidikan ini dirintis oleh para misionaris Serikat Sabda Allah (SVD) dan masih terpelihara dengan baik hingga saat ini.
Disini kita perlu
membangun rasa keberimanan kita bahwa segala sesuatu yang terjadi ada masanya
dan apapun situasinya akan berlalu bersama waktu. Dentang lonceng gereja dan
suasana doa yang khusuk kala itu
menandakan bahwa kehidupan di sini akan terus berlanjut, tidak akan ada
siapapun yang mau merenggutnya selain kemauan sang Kuasa.
Di sini masih ada kehidupan, jangan kita beranjak pergi! Rabu, 18 Maret 2020, cerita tentang kita dan wabah virus corona dimulai disini, dikemas sangat indah lantas mengantar pulang semangat juang kita pada jalan-jalan menuju rumah. Entah sampai kapan ceritanya berakhir di rumah kita masing-masing.*** (Vinsen Polli. Sebagian besar isi tulisan ini ditulis di Lantai 3 Kampus FKIP UNWIRA KUPANG dan diposting di dinding facecook saya. Kemudian direvisi sesuai situasi saat ini)
Post a Comment