Puisi-Puisi Vanto Naimnule



Vanto Naimnule
KETIKA DOA (BUKAN) UNTUK TUHAN

Mentari yang baru saja bersolek diarah terbitnya,
kembali menyapa bibir pembaringan,
saat denyut yang semalam menahan nafsu,
tak mengenal lagi rintihan peluh dipelipis penyair itu

Kembali  lagi sayupnya
berdendang menyusuri lorong kesunyian
mengusik kalbu diujung gelisahnya
jiwa
Mengais nestapa diujung 
tapa

Tuan...

Kini rimbun digelisahmu mencari kehangatan,
adakah Dia disetiap getaran lidahmu
Syair-syairmu kini telah usang tanpa bising
Riuh-riuh kendaraan dikotamu telah berlalu.
Adakah kau temui Dia diujung sajakmu,
ketika getaran lutut yang bertelut membekas digubuk suci itu,
tak mendatangkan gerimis
Atau mungkin tapakmu tak lagi  bersahabat
Biar, nanti juga gemanya bersorak. 

BENALU

Tangan itu lagi sampai menyentuh,
Meski hanya sejengkal jaraknya
Matanyapun tak lagi berkedip
                  
Oh... ini sendu

Aku yang menatap iba diantara tawa mereka
meski aku sendiri menahan tawa itu
karena rasa peduli dari diri prasa
sebagai manusia biasa.

biarkan angin itu mendesis membisikan ingatan tentangnya,
tentang dia yang kini kusesali
"sesal yang terlalu pahit"
meski dalam garisnya akulah yang terkhianati
Kalian cobalah dengar!!!!
Alangkah baiknya jika kita....
Segera meninggalkan tempat ini
pergi jauh dari sosok yang telah mati itu.
Sosok yang pernah menyakitiku dan
kini hatinya telah beku dan hancur
Membiarkan mungkin bukan jalan,
namun mengajak pulangpun bukan jawaban
Biarkan saja disana,
bersama inang yang telah mati karenanya.


PENYAIR KAKU  
Sangkaku, Dia salah seorang dari para penyair,
Lalu kata filsuf disampingku, Dia itu penambal jalan
yang aku lubangi kala mentari tak lagi bersinar di mataku.
Lantas katamu “siapakah AKU ini??.
Lalu teman pejalan terakhirku melumat kata di bibir
sambil bersimphoni dalam lantunan kalimat,
“ENGKAU itu penyair masa depan”.
Katanya syair- syair yang sumbing akan diambilnya
Lantas kemanakah kau, aku dan dia dikala syair-syair kita mulai basih
Katakan yang benar kepada pelumat syair-syairkupun engkau besut aku kaku
Lantas apa mau-Mu.
lutut yang kau inginkan bertelutpun
kini telah gemetar ketidakpuasan
Adakah Kau, 
saat aku tak lagi berjuang melestarikan syair-syair kita? 

Kunanti jawabmu diujung cahaya!

 * Vanto Naimnule nama pena dari Vinsensius Naimnule. Penulis adalah sosok peminat sastra yang saat ini mendekam sunyi di Komunitas Holy Family Liliba, Kupang.

No comments