Harapan: Mimpi Dari Seorang Yang Terjaga
(Oleh Vinsen Polli)
Perjalanan hidup manusia belum
berakhir, kita sedang meniti perjalanan panjang di atas pentas kehidupan. Pentas
kehidupan diwarnai oleh aneka macam peristiwa dan pengalaman. Propaganda dan
sandiwara menjadi fenomena yang mungkin mendominasi pentas kehidupan ini. Setiap peristiwa lahir dan
terjadi sesuai dengan situasi dan waktunya
dan kita sendiri yang melakonkannya.
(Ilustrasi. Foto Google) |
Rincian waktu ini,
kita dapat mengatakan dengan lantang dan tegas bahwa waktu ini sangat panjang
dan lama, tetapi kita berjuang melewati setiap batas waktu ini. Kita sama sekali
tidak menyadari bahwa waktu ini amat panjang. Ya, hiduplah adalah perjuangan.
Perjuangan untuk hidup, bukan perjuangan untuk melewati batas-batas waktu yang sudah dikonkretkan
dalam system international (SI).
Satu pertanyaan sederhana yang
mungkin sangat menggelitik bagi kita (manusia),
mengapa kita harus menoleh kembali ke belakang? Bukankah dengan menoleh ke
belakang dan melihat situasi hidup kita yang
kelam penuh dengan kegagalan hanya akan membuka luka lama dan membuat kita tak berdaya saat ini?
Bukan demikian? Kita tidak untuk menoleh melihat situasi kelam
hidup kita, namun kita ingin melihat kembali semua
peristiwa yang terjadi dalam hidup kita (gagal dan sukses, sakit dan sehat,
susah dan senang, tawa dan tangis, suka dan duka). Ajakan untuk melihat kembali
setiap peristiwa hidup yang kita alami mau menyatakan bahwa kita
pernah ada di sana sebagai manusia masa
lalu. Kita berjuang melewati batas-batas waktu yang terus
berganti dan sebentar lagi kita
akan tiba pada tahun yang baru.
Aristoteles (384-322 SM) berkata
demikian “Harapan adalah mimpi dari seorang yang terjaga”. Filsuf Yunani ini mebahasakan
kebesaran manusia untuk menyadari dirinya sebagai makluk pejuang (homo viator) yang selalu berusaha untuk
melewati batas-batas waktu dengan susah payah.
Kita sadar bahwa semua kita pasti dan
selalu berharap dalam doa agar kita tetap hidup dan selamat dalam satu periode waktu (1 tahun) di tahun yang baru.
Harapan manusia bukanlah tuntutan bagi sang pemilik kehidupan untuk memberikan
kehidupan yang istimewa, melainkan ungkapan doa yang paling istimewa sepanjang hidup dalam menikmati setiap
keistimewaan yang dianugerahkan
oleh sang pemilik kehidupan.
Peristiwa
(Kejadian)
Dalam waktu kita datang pergi
menjumpai dan meninggalkan orang-orang yang kita kasihi. Orang tua,
saudara-saudari, rekan kerja,
teman-teman seperjuangan, guru, dosen, kekasih hati dan pencinta-pencinta anonim yang tak dapat disebutkan satu per satu. Peristiwa ditinggalkan atau pergi jauh
dari orang-orang yang kita kasihi merupakan peristiwa yang menyisakan air mata, sakit di dada dan bekas ciuman
di pipi.
“Keluhan
dan rintihan waktu ini sangat singkat!”
Benarkah demikian? Tentunya
tidak. Waktu ini sama sekali tidak singkat. Waktu ini amat panjang dan sangat
lama membentang jauh. Kita terlumur oleh waktu, tugas dan pekerjaan mendera seluruh hidup kita.
Kita berusaha dan berjuang setiap
hari, peluh dan darah membasahi tubuh, lantas adakah
yang mengatakan bahwa sebagian orang
hanya duduk diam tanpa usaha (baca, malas
tau), namun meraih prestasi yang gemilang.
Jangan takut dan
resah, perjuangan kita belum berakhir, waktu belum
berakhir. Satu lagi, jangan pernah mengadu dan
marah pada waktu,
lantaran waktulah yang mengadakan kita.
Masih ada waktu untuk kita berjuang dan memperbaiki
pola hidup, tingkah laku, keterbatasan dan kelemahan yang sering membuat kita jatuh dan gagal setiap perjuangan hidup kita.
Tahun lama (2018) sebentar lagi akan tamat, kita masih punya kesempatan untuk bermenung
dan membuat komitmen untuk perjuangan hidup
di
tahun yang baru.
Kita patut bersyukur bahwa kita masih
diberi kesempatan oleh sang pemilik waktu untuk menikmati kehidupan di tahun yang baru. Mari
bermenung dan selamat berjuang di tahun yang baru.***
Post a Comment