Mengapa Orang-orang Kecil Didiskriminasikan? (Sentilan Pelayanan Religius Zaman Now)

Oleh Sr. Selvi Nau, SSps
Ilustrasi

          Dinamika waktu dan arus zaman kian memikat. Ramalan tentang perjalanan waktu selama kurang lebih 365 hari tidak dapat dipastikan. Itulah misteri kehidupan. Misteri kehidupan berpuncak pada ketidaktahuan manusia akan arah dan tujuan hidupnya (ke mana dan seperti apa). Pilihan dan keterpanggilan merupakan cara sederhana dalam menyelami misteri kehidupan ini. 
Sr. Selvi Nau, SSpS
          Kaum Religius (biarawan/biarawati) terpanggil untuk mengikuti Kristus yang miskin secara total dan penuh dalam seluruh hidupnya. Tugas dan perutusan kaum religius dalam karya pelayanan misioner mesti bercermin pada kehidupan Yesus Kristus. Yesus Kristus sebagai guru kebenaran, lebih dahulu menunjukan kepada kita (baca,religius) tentang perutusan untuk menyelamatkan, menyembuhkan, menggembirakan dan memersatukan. Hal ini yang menjadi prioritas dalam karya pelayanan misioner kita adalah orang-orang kecil dan terpinggirkan (option for the poor).
       
   Keteladanan dan Cara Hidup
          Santa Theresia dari Calcuta sosok yang penuh cinta kasih yang memilih untuk hidup diantara orang-orang kecil dan terpinggirkan. Bunda Teresa dilahirkan di Uskub 26 Agustus 1910 meninggal di Kalkuta, India 5 Sepetember 1997 pada umur 87 tahun. Santa Teresa adalah seorang biarawati ordo Susteran Loreto dan sempat mendirikan susteran ordo Misionaris cinta kasih.
          Selama 47 tahun Santa Teresa dari Kalkuta memilih untuk melayani kaum miskin, sakit, dan yatim piatu. Pada tahun 19710-an Santa Teresa dari Kalkuta menjadi terkenal di dunia internasional karena pekerjaan kemanusiaan dan advokasi bagi hak-hak orang miskin dan tak berdaya yang dilakonnya di India dan negara lainnya.
          Profil singkat Santa Teresa dari Kalkuta menggambarkan kepedulian dan semangat yang berkobar dalam diri Santa Teresa dari Kalkuta untuk melayani orang-orang miskin dan terlantar. Santa Teresa dari Kalkuta menjadi sosok inspiratif yang mengikuti dan menghayati seluruh cara hidup Yesus Kristus dalam dirinya. Karya pelayanan misioner kita sebagai kaum terpanggil (religius) mesti lahir dari hati dan kemomitmen yang kokoh untuk melayani diatara kaum kecil dan terpinggirkan. Pelayanan misioner bukan mencari zona aman di antara kaum elit dan kapitalis.
          “Tuhan tidak memanggilku untuk menjadi suskes, tetapi untuk setia dan percaya” ungkapan ini menjadi doa bagi Santa Teresa dari Calcuta dalam karya pelayanannya.  Setiap orang yang menyadari dirinya sebagai kaum terpanggil mesti berani keluar dari zona aman menjadikan diri sebagai pelayan yang berpihak pada yang lemah, bukan hidup diantara kaum kapitalis. Paus Fransiskus Paus Fransisikus pada tanggal 15 September 2016 dalam kotbahnya mengatakan Gereja tanpa kehangatan hanya akan menjadi sebuah organisasi  yang kaku.  Maksudnya agar Gereja tidak semata-mata menjadi sebuah organiasi saja, tetapi sungguh memberikan kehangatan bagi jiwa-jiwa. (Majalah HIDUP, Mengikir Gereja Pinggir, 01 Januari 2017, (Merawat Umat yang Jauh) hlm 12.
          Seruan kenabian yang disampaikan Paus Fransikus merupakan seruan akan gejolak yang sedang terjadi di dunia zaman ini, kaum kecil menjadi diskrimanasi dalam kehidupan sosial. Lantas kaum elite disanjung dan diistimewakan. Siapa yang mendiskriminasikan kaum pinggiran dan orang-orang kecil. Seruan kenabian yang disampaikan Paus Fransiskus, hemat saya merupakan sebuah realitas yang sedang terjadi dan dilakonkan oleh kaum religius. Penulis tidak mengumbar fakta tentang karya pelayanan misioner yang mendiskriminasikan orang-orang kecil dan terlantar, tetapi kenyataan ini ada dan benar terjadi diri kaum religius.
          Kaum kecil dan orang-orang terpinggirkan memiliki martabat yang sama dengan kaum elite, namun hidup para kaum elite lebih menguntungkan. Analisis sosial membuktikan bahwa hidup kaum elite hidup lebih menguntungkan karena kebutuhan hidup berkecukupan. Sedang kaum pinggiran bernasib malang, karena tidak memiliki apa-apa. Di sini kehadiran kaum religius mesti berpihak bagi mereka yang miskin dan terlantar dengan kabar gembira dan misi yang menyelamatkan. Pengalaman perjumpaan kita dengan orang-orang kecil dan terlantar mesti merasuki hati kita agar merubah cara pelayanan misioner kita saat ini.
          Bercermin pada tokoh Yesus dan Santa Theresia dari Kalkuta sebagai orang-orang terpanggil karya pelayanan misioner kita mesti dirasakan oleh kaum pinggiran sebagaimana ditunjukan oleh Yesus dan dihayati Santa Teresa dari Kalkuta dalam seluruh hidupnya bersama orang-orang kecil dan terpinggirkan. Bercermin sambil mengintrospeksi diri, sejauh mana karya pelayanan misioner selama ini yang sudah berjalan.
          Dinamika dan perkembangan zaman bukan menjadi tantangan bagi kita untuk berpihak dan hidup diantara mereka yang kecil dan terpinggirkan. Perkembangan zaman dan modernisasi mengformat kepribadian kita sebagai kaum religius untuk tahu diri sebagi orang terpanggil, karena menurut Santa Teresa dari Kalkuta “Tidak semua kita dapat melakukan hal-hal besar. Namun kita dapat melakukan hal kecil dengan cinta yang besar. *** (Naskah disadur dari Buletin INTUISI (BERKOMUNIO DENGAN KAUM TERPINGGIRKAN) hal.4

1 comment: